REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia berharap bisa menduduki posisi pertama pada Global Muslim Travel Index (GMTI) 2019 oleh lembaga riset wisata halal internasional, Crescent Rating. GMTI merupakan pemeringkatan negara dengan destinasi wisata halal terbaik yang akan dirilis hari ini, Selasa (9/4).
Menteri Pariwisata, Arief Yahya, mengatakan, target peringkat pertama dikejar oleh Indonesia karena saat ini mulai diperhitungkan sebagai salah satu negara dalam industri pariwisata halal dunia. “Target kita pasti peringkat satu. Tapi, kelihatannya memang agak berat,” kata Arief kepada wartawan di kantornya, Senin (8/4) malam.
Arief mengatakan, untuk menduduki posisi pertama setidaknya ada dua negara yang harus dihadapi Indonesia, yakni Malaysia dan Uni Emirat Arab. Kedua negara itu, menurut Arief, tidak mudah dikalahkan dalam persaingan industri pariwisata halal kelas dunia.
Pada GMTI Crescen Rating 2018, Indonesia telah menduduki posisi kedua dengan poin 72,8. Poin tersebut sama dengan poin yang diperoleh oleh UEA. Sementara, posisi pertama diraih oleh Malaysia dengan total poin 80,6.
Posisi kedua yang diduduki Indonesia, menurut Arief, telah mengalami perbaikan dari tahun ke tahun. Sebagai perbandingan, ia mengatakan pada tahun 2015 Indonesia baru dapat menduduki peringkat keenam. Peringkat Indonesia kembali naik ke posisi keempat pada 2016.
“Memang dua negara ini tidak mudah dikalahkan. Tapi, kalau tidak mengalahkannya sekarang akan susah. Jadi kita lihat saja,” kata Arief.
Arief mengatakan, untuk terus memperbaiki industri pariwisata halal. Indonesia sudah memiliki indikator penilaian berupa Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) yang mana diaudit langsung oleh Cresscent Rating. IMTI tersebut telah diterapkan mulai tahun 2018 dan akan terus dilanjutkan. Adapun 10 destinasi wisata halal terbaik menurut IMTI 2019 yakni Lombok, Aceh, Jakarta, Sumatera Barat, Yogyakarta, Jawa Barat, Kepulauan Riau, Malang Raya, Jawa Tengah, serta Makassar dan sekitarnya.
Ketua Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI), Riyanto Sofyan, menambahkan, sejak tahun 2015 pemerintah sudah menetapkan branding halal untuk mendorong pengembangan industri pariwisata domestik. Oleh sebab itu, peringkat pertama harus diraih Indonesia untuk bisa lebih dikenal dunia.
PPHI juga mencatat, rata-rata pengeluaran wisatawan mancanegara (wisman) Muslim ke Indonesia, mengeluarkan uang hingga 1.100 dolar AS per orang per kunjungan. Khusus wisatawan asal Arab Saudi, rata-rata pengeluaran bahkan berkisar 2.000 hingga 2.200 dolar AS oer orang per kunjungan.
Besarnya pengeluaran itu, menjadikan wisata halal sebagai pasar utama dalam industri pariwisata nasional.