REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Departemen Keamanan Luar Negeri Amerika Serikat (AS) disebut telah menyetujui penjualan program pelatihan pilot serta pemeliharaan dan suku cadang pesawat F-16 kepada Taiwan. Nilai penjualan tersebut ditaksir mencapai 500 juta dolar AS.
Hal tersebut diungkapkan Pentagon pada Senin (15/4). Menurut Pentagon, salah satu kontraktor yang terlibat dalam penjualan peralatan militer itu adalah L3 Technologies Inc.
Pentagon pun memastikan penjualan peralatan militernya tak akan mempengaruhi stabilitas di kawasan sekitar Taiwan. "Usulan penjualan peralatan dan dukungan ini tidak akan mengubah keseimbangan militer dasar di kawasan itu," katanya.
Kerja sama yang dijalin AS dengan Taiwan di bidang militer memang kerap dikritik Cina. Beijing mengklaim penjualan peralatan militer oleh Washington kepada Taipei merupakan ancaman langsung terhadap keamanannya.
Saat bertemu Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo Agustus tahun lalu, Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi dengan tegas meminta AS menghentikan penjualan senjata atau peralatan militer kepada Taiwan. "Kami menuntut AS menghentikan tindakan keliru semacam ini," kata Wang.
Cina memandang Taiwan sebagai provinsi yang memberontak. Selama ini Beijing berupaya mengambil alih wilayah tersebut. Cina bahkan menyatakan siap mengerahkan kekuatan jika memang diperlukan.
Pemerintah Taiwan sendiri tak gentar menghadapi ancaman Cina. Ia bahkan berani menggelar latihan militer guna memperlihatkan tekadnya untuk mempertahankan kedaulatannya.
Pada akhir perang sipil tahun 1949, kelompok nasionalis Cina melarikan diri ke Taiwan. Karena pulau yang dihuni kaum nasionalis itu berubah menjadi salah satu wilayah yang demokratis, Taiwan kemudian menegaskan identitasnya sendiri.