REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pesta demokrasi dilaksanakan hari ini (17/4). Seluruh warga Indonesia yang sudah cukup umur diberikan hak suaranya. Tak terkecuali para artis.
Shahnaz Haque dan suaminya Gilang Ramadhan juga sudah memberikan hak suaranya. Mereka mendatangi TPS di kawasan Kompleks Deplu, Bintaro, Jakarta Selatan. Selain mereka berdua, anak sulung mereka, Pruistin, juga sudah memiliki hak suara. Hanya saja si sulung nyoblos di KJRI Vancouver, karena sedang merantau belajar di Kanada.
Shahnaz mengungkapkan ia dan Gilang berbeda pilihan. Meski tidak mendukungan pasangan capres yang sama, Shahnaz dan Gilang saling menghargai.
"Kami berdua tidak sama. Jatuh hati dengan pasangan yang berbeda. Tapi setelah hari ini, harus sama. Karena tidak ada impian yang berbeda. Mewujudkan semua impian rumah tangga yang harmonis di masa depan. Perbedaan dalam damai. Demi generasi selanjutnya," ungkapnya, Rabu (17/4).
Mereka juga datang ke TPS tanpa memakai baju yang mewakili salah satu pihak. Karena bagi mereka apa artinya warna? Jangan berbeda warna, berakhir dengan perpecahan. "Warna kita adalah Indonesia," ujarnya.
Hari ini mereka memilih memakai warna hitam. Bukan berkabung, tapi melambangkan perlindungan, mengikat, kekuatan, perasaan yang dalam, harga diri.
Setelah mencoblos, Shahnaz berharap Indonesia dapat pemimpin yang bisa membawa bangsa ini jauh lebih cerdas, baik dan makmur. Siapa pun pemenangnya. Tetap sama atau ganti baru. Menurutnya siapapun presiden terpilih, mereka harus membenahi semua masalah yang ada di Indonesia. Terutama masalah kesejahteraan.
Shahnaz mengatakan menang atau kalah jagoannya tidak masalah baginya. Sikapnya akan sama saja, dan akan terus kerja keras untuk Indonesia. Karena itu adalah kemenangan rakyat Indonesia. "Saya kan kerja buat bangsa saya, bukan buat Presiden," tambahnya.
Ia juga akan tetap mendukung yang menang. "Selamat untuk pemenang! Siapa pun dia. Semoga amanah memahami arti kemenangan. Pemenang harus menghargai proses dan kerja keras itu sendiri bukan hanya hasil," ujarnya.
Kemenangan itu milik semua rakyat, menghargai orang-orang yang terlibat, menghargai pengakuan dan keberhasilan. Karena itulah perbedaan mental antara pemenang dan pecundang.