REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Statistika Institut Pertanian Bogor (IPB) Asep Saefudin memastikan jika semua lembaga survei anggota Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) melaksanakan quick count dengan integritas tinggi. Dia mengatakan, hal itu dibuktikan dengan keberanian mereka untuk membuka data, Sabtu (20/4).
"Anda bisa lihat dapur dari tiap lembaga di bawah Persepi yang melaksanakan quick count," kata Asep Saefudin dalam keterangan resmi yang diterima, Ahad (21/4).
Asep mengatakan, hitung cepat merupakan proses metodologi yang menggunakan nalar akademis sehingga bisa dipertanggungjawabkan. Dia melanjutkan, quick count menjadi bukti kemajuan dan modernisasi demokrasi Indonesia dengan menjadikan ilmu pengetahuan sebagai basis berpolitik.
Rektor Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) ini menambahkan, data dan metode hitung cepat seharusnya tidak perlu dipermasalahkan. Dia meminta semua pihak untuk tidak menuding hasil quick count sebagai kebohongan atau upaya menggiring opini.
"Tidak perlu baper (bawa perasaan) dengan hasil quick count. Selama ada data yang benar dan metode secara statistika berani dibuka, ya hasilnya akurat," katanya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Anggota Dewan Etik Persepi Hamdi Muluk. Menurutnya, politisi-politisi tidak perlu melontarkan pernyataan menuduh prosedur dan metodologi yang dilakukan lembaga survei sebagai kebohongan.
"Hari ini anggota Persepi membuka semua data dan metodologi yang bisa dipertanggungjawabkan, tuduhan-tuduhan yang dilontarkan ke kami justru membuat mereka jadi seperti anti-sains," kata Hamdi.
Sepuluh lembaga anggota Persepi yang melaksanakan quick count pada Pemilu 2019 lalu, melakukan ekspose data untuk menunjukkan hasil akhir, sampel, serta metodologi yang dilakukan selama proses hitung cepat.
Lembaga tersebut antara lain CSIS, Cyrus Network, SMRC, LSI, Indikator Politik, Populi Center, Charta Politika, Indo Barometer, Poltracking dan Konsep Indonesia.