Senin 22 Apr 2019 11:23 WIB

Menag Kecam Insiden Bom di Sri Lanka

Menag mengajak tokoh dan umat beragama di Tanah Air untuk mendoakan para korban

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Hasanul Rizqa
 Petugas kepolisian Sri Lanka membuka jalan ketika sebuah mobil ambulans melaju dengan membawa korban ledakan Gereja di Kolombo, Sri Lanka, Ahad (21/4/2019).
Foto: AP/ Eranga Jayawardena
Petugas kepolisian Sri Lanka membuka jalan ketika sebuah mobil ambulans melaju dengan membawa korban ledakan Gereja di Kolombo, Sri Lanka, Ahad (21/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serangkaian ledakan bom terjadi di Sri Lanka, Ahad (21/4) kemarin. Setidaknya, sebanyak 290 orang dikabarkan meninggal dunia, sedangkan lima ratus orang luka-luka. Ledakan itu terjadi ketika umat Kristiani setempat sedang merayakan Hari Paskah.

Terkait itu, Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengecam keras aksi teror bom yang melanda negara tersebut. Menurut dia, siapapun pelakunya mesti menerima hukuman yang setimpal, sesuai aturan perundang-undangan setempat.

Baca Juga

"Itu tindakan tidak berperikemanusiaan dan sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama. Ironi, tragedi kemanusiaan terjadi justru di momen umat Kristiani sedang peringati hari besar keagamaannya," kata Menteri Lukman Hakim Saifuddin dalam keterangan yang diterima Republika.co.id, Senin (22/4).

"Kami turut berduka. Umat kristiani diharap tabah, tapi waspada, dan tetap menjadi pembawa damai bagi sesama," sambung dia.

Lebih lanjut, Menag menegaskan, terorisme tidak diajarkan dalam agama manapun. Tidak ada agama yang membenarkan tindak kekerasan kepada insan yang tak bersalah, apapun motifnya.

Menag memandang, aksi pengeboman seperti itu jelas menunjukkan sikap pengecut dan nirtanggung jawab dari pelakunya. Apalagi, ledakan bom tersebut ikut menyasar rumah ibadah, saat umat beragama sedang beribadah.

Menag mengajak tokoh dan umat beragama di Tanah Air untuk mendoakan yang terbaik buat korban di Sri Lanka. Menag juga minta masyarakat untuk menahan diri dan tidak emosional.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) terus bekerja memantau perkembangan terkini di Sri Lanka. Tentunya, Kemenlu terus memastikan keamanan warga negara Indonesia (WNI) di negara tersebut. "Mari tingkatkan kewaspadaan kita untuk terus menjaga keamanan dan kesucian rumah ibadah kita masing-masing," lanjutnya.

Menag juga mengingatkan para pengguna media sosial agar tidak terpancing atau turut menyebarluaskan informasi yang belum jelas kebenarannya. Para pelaku teror justru cenderung menyukai persebaran hoaks karena dapat menebar teror dan rasa takut.

Dari delapan serangan bom yang terjadi, enam di antaranya terjadi dalam waktu hampir bersamaan. Ledakan pertama dan yang paling dahsyat terjadi di Gereja St Sebastian, Negombo, sekitar pukul 08.45 waktu setempat.

Melansir Reuters, secara total ada delapan serangan pada kemarin yang diduga sudah terkoordinasi. Tiga ledakan terjadi di Gereja, empat di hotel, satu di sebuah masjid di dsitrik Puttalum di barat laut, serta serangan pembakaran di dua toko milik Muslim di distrik Kalutara bagian barat.

Dari total populasi Sri Lanka sekitar 22 juta, 70 persen beragama Budha, 12,6 persen Hindu, 9,7 persen Muslim dan 7,6 persen Kristen, menurut sensus negara 2012. Pada Februari-Maret tahun lalu, terdapat serangkaian bentrokan agama antara umat Buddha Sinhala dan Muslim di kota Ampara dan Kandy.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement