Senin 22 Apr 2019 13:22 WIB

MUI: Pelaku Bom di Sri Lanka Jauh dari Ajaran Agama

MUI menilai tindakan pelaku bom itu termasuk biadab dan jauh dari ajaran agama

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Hasanul Rizqa
Kondisi Gereja St. Sebastian di Negombo, utara Kolombo, Sri Lanka yang hancur usai serangan bom saat misa Paskah, Ahad (21/4).
Foto: AP Photo/Chamila Karunarathne
Kondisi Gereja St. Sebastian di Negombo, utara Kolombo, Sri Lanka yang hancur usai serangan bom saat misa Paskah, Ahad (21/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengutuk keras serangan bom yang terjadi berturut-turut di tiga gereja, empat hotel, dan sebuah rumah di Kolombo, Sri Lanka, Ahad (21/4). MUI menegaskan, pelaku yang telah menyebabkan ratusan orang meninggal dunia itu jauh dari ajaran agama manapun. Hal itu disampaikan Wakil Ketua Umum MUI, KH Zainut Tauhid Sa'adi.

Dia mengatakan, apa pun alasannya tindakan brutal para pelaku teror itu tidak dapat diterima akal sehat. Ajaran agama manapun tidak membenarkan adanya tindakan kekerasan, menebar ketakutan, serta membunuh orang yang tidak bersalah. Apalagi, dalam hal ini banyak korban merupakan orang-orang yang sedang beribadah.

Baca Juga

"Tindakan tersebut adalah perbuatan yang sangat biadab dan jauh dari nilai-nilai ajaran agama," kata KH Zainut Tauhid kepada Republika.co.id, Senin (22/4).

Dia mencontohkan agama Islam. Ajaran Rasulullah Muhammad SAW ini menegaskan pentingnya perdamaian dan adab. Bahkan, di kala peperangan berkecamuk, Islam sangat ketat melindungi jiwa-jiwa yang tak bersalah. Tidak boleh membunuh perempuan, orang tua, anak-anak, para rahib, dan pendeta. Selain itu, dalam kancah pertempuran, kaum Muslimin tak boleh merusak tanaman, memutilasi mayat, mengganggu rumah ibadah, dan lain sebagainya.