Rabu 01 May 2019 10:53 WIB

Tak Ada Aksi di Depan Istana pada Hari Buruh Tahun Ini

Aksi buruh tahun ini difokuskan di kawasan Patung Kuda dan Tennis Indoor Senayan.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Andri Saubani
Para buruh atau pekerja di Indonesia memperingati Hari Buruh Internasional (May Day) di Tennis Indoor Senayan, Rabu (1/5).
Foto: Republika/Mimi Kartika
Para buruh atau pekerja di Indonesia memperingati Hari Buruh Internasional (May Day) di Tennis Indoor Senayan, Rabu (1/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasukan pengamanan melakukan pembentengan di Jalan Medan Merdeka Barat yang mengarah ke Istana Negara pada Rabu, (1/5). Pengamanan itu dilakukan guna mencegah aksi buruh dalam memperingati May Day mendekati kawasan Istana Negara.

Pasukan pengamanan terdiri dari kepolisian, TNI dan Satpol PP. Kabid Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Argo Yuwono menyatakan, aksi buruh tahun ini difokuskan di kawasan Patung Kuda dan Tennis Indoor Senayan.

Baca Juga

"Ya memang di patung kuda saja acaranya, enggak ada long march," katanya pada wartawan di lokasi, Rabu.

Argo enggan memerinci alasan penetapan steril terhadap Istana Negara selama aksi buruh tahun ini. "Ya memang seperti ini di sini. Kita sudah komunikasi enggak ada ya (demo depan Istana Negara)," dalihnya.

Argo menyarankan, buruh melakukan kegiatan bermanfaat ketimbang berunjuk rasa. Sebab, hal itu lebih dibutuhkan oleh buruh itu sendiri.

"Ini kan hari ulang tahun, biar dimanfaatkan untuk kegiatan positif,  ada yang bantuan sosial, hiburan, semua ada, ada beberapa di daerah dilaksanakan donor darah," ucapnya.

Asosiasi Serikat Pekerja (Aspek) Indonesia memindahkan lokasi unjuk rasa ke Tennis Indoor Senayan pada peringatan Hari Buruh alias May Day pada Rabu, (1/5). Mulanya, Aspek berencana berunjuk rasa di depan Istana Negara.

Presiden Aspek, Mirah Sumirat mengatakan, pemindahan lokasi demo itu karena ada ketakutan pemancingan emosi dari pihak lain. Sebab, ia ingin aksi unjuk rasa berjalan damai.

"Kalau melihat tahun kemarin, kami batal di Istana Negara karena takut dipancing (rusuh) sama tetangga," katanya pada Republika.

Mirah enggan memerinci tetangga yang dimaksudnya tersebut. Ia kemudian menjelaskan soal pemilihan lokasi.

"Maunya di GBK, tapi ternyata dipakai. Di Istora juga dipakai. Akhirnya pilihannya ya tinggal Tennis Indoor," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement