Senin 06 May 2019 07:13 WIB

Saling Menghormati di Bulan Suci Ramadhan

Hentikan ujaran kebencian dan fitnah.

Umat muslim melaksanakan salat Tarawih di Masjid Pusat Dakwah Islam (Pusdai), Kota Bandung, Ahad (5/5) malam. Pemerintah melalui Kementerian Agama menetapkan satu Ramadhan pada Senin (6/5).
Foto: Abdan Syakura
Umat muslim melaksanakan salat Tarawih di Masjid Pusat Dakwah Islam (Pusdai), Kota Bandung, Ahad (5/5) malam. Pemerintah melalui Kementerian Agama menetapkan satu Ramadhan pada Senin (6/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan suci Ramadhan tiba. Sidang itsbat yang digelar Kementerian Agama bersama ormas Islam menetapkan 1 Ramadhan 1440 Hijriyah jatuh pada Senin (6/5). Umat Islam diingatkan mengisi Ramadhan dengan hal-hal positif.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengimbau masyarakat menjaga kesucian bulan Ramadhan. Ia meminta umat untuk saling menghormati dengan menjaga tingkah laku maupun tutur kata.

"Saya berharap kita saling menghormati di bulan suci ini. Tidak melakukan hal yang berpotensi menimbulkan kerawanan sosial," kata Lukman seusai menyampaikan hasil sidang itsbat di kantor Kementerian Agama, Jakarta, Ahad (5/5).

Dalam sidang itsbat kemarin, anggota sidang mendengarkan pemaparan tentang posisi hilal dan ketinggian hilal yang dilihat dari seluruh titik di Tanah Air. Salah satu anggota Badan Hisab dan Rukyat Kemenag melaporkan, ketinggian hilal berada di posisi empat derajat 30 menit 59 detik sampai dengan lima derajat 42 menit 59 detik. "Ini adalah posisi hilal berdasarkan metode hisab, untuk mengetahui posisi ketinggian hilal," kata Lukman.

Ketika sidang berlangsung, sebanyak 102 petugas ruqyat Kemenag di 34 provinsi menyampaikan laporan pantauan mereka. Sejumlah petugas di Bangkalan, Gresik, Lamongan, Makassar, Brebes, dan Sukabumi menyampaikan kesaksian yang telah diiringi dengan sumpah bahwa mereka telah melihat hilal.

Karena dua hal tadi, yaitu posisi hilal dan kesaksian maka seluruh anggota sidang itsbat secara mufakat menetapkan 1 Ramadhan 1440 H jatuh pada 6 Mei 2019. Majelis Ulama Indonesia (MUI) berpesan agar Ramadhan juga dijadikan momen merajut toleransi, silaturahim, dan meningkatkan semangat persaudaraan antara umat Islam.

"MUI meminta umat Islam menghargai perbedaan dan meninggalkan sikap egoisme kelompok yang berlebihan dalam kehidupan sosial dan keagamaan," kata Wakil Ketua Umum MUI Zainut Tauhid Sa'adi, Ahad (5/5).

Zainut tak ingin umat Islam terjebak pada sikap eksklusivisme karena dapat melahirkan pertentangan, perselisihan, dan perpecahan. Hal itu penting karena Indonesia baru saja menghelat pemilihan umum serentak 2019.

Masyarakat harus kembali merajut tali silaturahim dan persaudaraan hakiki yang selama ini tercabik-cabik, terkotak-kotak, dan terpecah belah oleh perbedaan pilihan politik. "Pada bulan Ramadan yang mulia ini, saatnya kita mengakhiri semua silang sengketa, saling tuduh, fitnah, dan saling mengolok," kata Zainut.

Ramadhan harus dimaknai sebagai bulan yang penuh rahmat dan kasih sayang. Ia menjelaskan, berpuasa bukan sekadar menahan diri dari makan, minum, dan semua hal yang dapat membatalkannya. Berpuasa juga dapat melatih kepekaan terhadap kesulitan orang lain, melatih empati kepada orang yang belum beruntung, dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan.

Hal yang tak kalah penting, kata dia, berpuasa dapat menjauhkan diri dari perbuatan zalim, aniaya, fitnah, hoaks, ujaran kebencian, dan bentuk kejahatan lainnya. "Berpuasa meru pakan implementasi dari nilai-nilai Islam tentang perda maian, kasih sayang, dan keadilan," ujar Zainut.

photo
Sidang Isbat Ramadhan 1440H. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (kiri) dan Ketua MUI Abdullah Jaidi (kanan) menyampaikan hasil Sidang Isbat penentuan awal Ramadan 1440 Hijriah di Kementerian Agama, Jakarta, Ahad (5/5/2019).

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengajak umat Islam di Indonesia untuk menunaikan puasa Ramadhan dengan penuh keimanan, keikhlasan, dan ketakwaan. "Jadikanlah Ramadhan sebagai momentum kerohanian, memperbanyak ibadah, zikir, dan bersedekah, juga menjaga akhlakul karimah," kata Kiai Said.

Kiai Said berpesan kepada umat Islam agar menghindari perbuatan fitnah, termasuk di media sosial. Ia mengingatkan, ibadah seseorang akan sia-sia apabila menyebarkan fitnah saat berpuasa. "Menahan makan-minum sudah biasa, yang harus juga dilakukan adalah menahan diri di media sosial. Isilah medsos dengan konten-konten yang positif," kata Kiai Said.

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Anwar Abbas mengingatkan umat Islam untuk mengontrol dan melawan hawa nafsu di bulan Ramadhan. Sebab, perang melawan hawa nafsu dianggap sebagai perang besar sebagaimana yang disampaikan Rasulullah kepada para sahabatnya setelah berjuang dalam Perang Badar.

"Ada perang yang lebih dahsyat dari Perang Badar. Para sahabat bertanya 'perang besar apa itu ya Rasulullah? Rasulullah menjawab perang melawan hawa nafsu," kata Anwar. Dengan begitu, kata dia, Ramadhan harus menjadi ajang melawan hawa nafsu.

Ketua DPR Bambang Soesatyo mengimbau masing-masing kubu politik menghentikan kegaduhan. Bulan suci ini mesti dijadikan momentum pemulihan hubungan baik antarkomunitas yang selama ini berseberangan karena beda sentimen politik. Caranya dengan berhenti menyemburkan ujaran kebencian, berhenti saling tuduh, dan tidak membuat pernyataan provokatif.(dea alvi soraya/umi nur fadhilah/muhyiddin/ali mansur/fuji eka ed: satria kartika yudha)

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement