REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Empat kapal komersial menjadi sasaran serangan sabotase di dekat perairan teritorial Uni Emirate Arab (UEA). Kementerian Luar Negeri UEA menyatakan, tidak ada korban dalam sabotase tersebut.
Insiden tersebut terjadi di Fujairah, salah satu pusat jalur pelayaran kapal minyak terbesar di dunia yang terletak tepat di luar Selat Hormuz. Selat tersebut menjadi rute penting bagi pelayaran minyak dan gas global. Selain itu, Selat Hormuz merupakan selat yang memisahkan negara-negara Teluk dan Iran.
Kantor berita pemerintah, WAM melaporkan, sabotase tersebut menargetkan kapal komersial dan mengancam nyawa awak kapal mereka. Kementerian Luar Negeri UEA tidak menyebutkan detail rincian kapal yang disabotase tersebut. Insiden itu tidak mengakibatkan tumpahan minyak, dan UEA tidak menyalahkan negara atau pihak lain mana pun atas sabotase tersebut.
Seorang anggota parlemen senior Iran dan ketua komite keamanan nasional parlemen, Heshmatollah Falahatpisheh menerima laporan adanya ledakan di dekat Pelabuhan Fujairah. Menurutnya, ledakan itu menunjukkan bahwa keamanan negara-negara Teluk telah rapuh.
Namun, Pemerintah Fujairah membantah telah terjadi ledakan di pelabuhan. Pemerintah setempat menyatakan, pelabuhan beroperasi secara normal. Bahrain yang merupakan sekutu UEA menggambarkan, insiden Fujairah merupakan tindakan kriminal yang berbahaya.
Sementara itu, situs website Press TV Iran mengutip seorang penyiar asal Lebanon, Mayadeen melaporkan bahwa tujuh tanker minyak telah diserang di pelabuhan. Kini, Pemerintah UEA sedang meluncurkan penyelidikan dan berkoordinasi dengan otoritas internasional terkait sabotase kapal tersebut.
"Komunitas internasional harus melaksanakan tanggung jawabnya untuk mencegah pihak mana pun yang mencoba merusak keamanan dan keselamatan maritim, yang akan dianggap sebagai ancaman terhadap keselamatan dan keamanan internasional," ujar Kementerian Luar Negeri UEA dalam sebuah pernyataan.
Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah meningkatkan tekanan terhadap Iran. Washington memperketat sanksi terhadap Iran dan ingin mengurangi ekspor minyak mentah Teheran menjadi nol. Hal tersebut membuat ketegangan regional meningkat, apalagi Washington telah mengirimkan kapal induk dan pasukannya ke Timur Tengah yang dapat menjadi ancaman bagi Iran.