Senin 13 May 2019 13:52 WIB

Holding Farmasi BUMN Rampung Medio Tahun Ini

Pemerintah menjadikan Bio Farma sebagai perusahaan induk holding farmasi.

Gedung Kementerian BUMN.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Gedung Kementerian BUMN.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Induk usaha perusahaan (holding) BUMN bidang farmasi diproyeksikan akan terbentuk pada pertengahan tahun ini. Induk usaha ini diyakini meningkatkan pangsa pasar induk usaha yang terdiri atas PT Kimia Farma (Persero)Tbk, PT Bio Farma (Persero), dan PT Indofarma Tbk itu.

Direktur Utama PT Kimia Farma (Persero) Tbk Honesti Basyir mengatakan, saat ini proses kajian untuk pembentukan induk usaha BUMN farmasi telah rampung. Proses tengah memasuki tahapan penyusunan pengurusan Peraturan Pemerintah (PP).

"Bolanya ada di pemerintah untuk pengeluaran PP. Harapannya, semester satu 2019 sudah bisa dibentuk holding, kemungkinan Juni," ujar Honesti di Jakarta, Sabtu (11/5).

Ia menyatakan, kesiapan Kimia Farma dari segi kesiapan dalam pembentukan induk usaha BUMN farmasi. Sebab, perseroan telah memiliki lini bisnis yang kuat mulai dari retail, produksi hingga distribusi (end to end). Bahkan, kata Honesti, Kimia Farma berada di posisi keempat pangsa pasar tertinggi dalam industri farmasi Indonesia.

Ditambah dengan telah dilakukannya akuisisi PT Phapros pada Maret lalu oleh Kimia Farma, ia yakin pangsa pasar perseoran akan meningkat. Namun, sebagai perusahaan publik, posisi Kimia Farma agak sulit. Sehingga, pemerintah memutuskan untuk menjadikan Bio Farma yang kepemilikan sahamnya 100 persen oleh pemerintah sebagai perusahaan induk usaha BUMN.

Ia yakin, bergabungnya Kimia Farma, Bio Farma, dan Indofatma ke dalam induk usaha BUMN farmasi akan dapat mendongkrak pangsa pasar perusahaan pelat merah dalam industri tersebut. "Ke depan, kita perbaiki dengan sinergi dan efisiensi sehingga induk usaha BUMN farmasi ini bisa nomor satu pangsa pasarnya di industri farmasi Indonesia," ucap Honesti.

Ekspansi Pasca melebarkan sayap bisnis ke Arab Saudi, tahun ini Kimia Farma berencana untuk menyasar pasar farmasi di Vietnam. Direktur Keuangan Kimia Farma IGN Suharta Wijaya mengatakan, pihaknya telah menyiapkan belanja modal sebesar Rp 4,2 triliun.

Perseroan berminat untuk mengakuisisi tiga perusahaan ritel farmasi di Vietnam yang potensi omzet ritel farmasinya bisa mencapai dua kali lipat dari Indonesia. "Kita masih coba pelajari aturannya, apakah farmasi ini termasuk dalam Daftar Negatif Investasi (DNI) seperti di Indonesia sehingga tidak boleh asing mayoritas," kata dia.

Sepanjang 2018 perseroan memperoleh laba bersih perseroan sebesar Rp 401,79 miliar atau meningkat 21,13 persen year on year(yoy). Pencapaian laba bersih ini didukung pendapatan usaha sebesar Rp 7,45 triliun atau meningkat sebesar 21,65 persen (yoy).

Sementara itu, pada kuartal pertama 2019, PT Indofarma (Persero) Tbk atau Inaf mencatat pendapatan sebesar Rp 136 miliar atau turun delapan persen year on year(yoy). Meski demikian, perseroan terus melakukan efisiensi.

Direktur Keuangan Indofarma Herry Triyatno menjelaskan, hal itu tecermin dari beban pokok penjualan terjaga sebesar Rp 87 miliar baik di kuartal pertama 2019 maupun kuartal pertama 2018. Namun, laba kotor perseroan ikut turun 19 persen (yoy) menjadi Rp 49 miliar pada kuartal satu 2019.

"Penjualan memang tertekan di kuartal satu ini, makanya kami gencarkan pemasaran," ujar Herry akhir pekan lalu. (novita intan ed:fuji pratiwi)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement