REPUBLIKA.CO.ID, SHENZHEN -- Perusahaan teknologi Cina Huawei memberikan tanggapan soal kebijakan AS yang melarang perusahaan teknologi asing bekerja sama dengan perusahaan telekomunikasi AS. Huawei dalam sebuah pernyataan menyampaikan apa yang dikerjakan perusahaan tidak menimbulkan ancaman dari pemerintah Cina.
"Membatasi Huawei untuk melakukan bisnis di AS tidak akan membuat AS lebih aman atau lebih kuat," kata perusahaan itu dilansir dari laman BBC, Jumat (17/5).
Bagi perusahaan, justru itu hanya akan membatasi AS ke pilihan alternatif yang berkualitas lebih rendah namun lebih mahal. Kondisi itu akan membuat AS tertinggal dalam penyebaran jaringan 5G dan akhirnya merugikan kepentingan perusahaan dan konsumen AS.
Huawei juga menyebut pembatasan itu tidak masuk akal. Perusahaan yang didirikan pada 1987 oleh Ren Zhengfei ini pun bersedia menandatangani perjanjian tanpa mata-mata dengan pemerintah karena kekhawatiran atas keamanan produk-produknya yang digunakan dalam jaringan seluler.
Pemerintah Cina mengancam akan membalas sanksi AS terkait pembatasan penggunaan teknologi asing bagi perusahaan telekomunikasi AS. Cina menganggap pembatasan tersebut merupakan upaya untuk membatasi perdagangan internasional oleh raksasa teknologi Cina, Huawei.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Lu Kang, mengatakan pihaknya menentang negara-negara yang menjatuhkan sanksi sepihak terhadap perusahaan-perusahaan Cina dan mereka juga akan segera mengambil tindakan.
"Kami mendesak AS untuk menghentikan praktik ini dan sebagai gantinya menciptakan kondisi yang lebih baik untuk kerja sama bisnis," kata Lu.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump pada Rabu (15/5) kemarin menandatangani perintah eksekutif yang melarang perusahaan telekomunikasi Amerika Serikat memasang teknologi buatan luar negeri yang menimbulkan ancaman keamanan nasional. Perintah itu tidak mencantumkan nama negara atau perusahaan.
Meski begitu, perintah itu disebut menyasar Cina dan raksasa telekomunikasi Huawei, yang berulang kali teknologinya digadang-gadang akan digunakan oleh AS. Hal itu memungkinkan Cina menjadi pintu belakang ke dalam jaringan telekomunikasi AS dan Eropa.
AS juga memperingatkan sekutu dekatnya yang dapat memfasilitasi kegiatan mata-mata dari perusahaan keamanan Cina yang pada gilirannya dapat menjadi ancaman bagi NATO dan aset sekutu lainnya. Langkah administrasi Trump telah lama diantisipasi dan menandai upaya paling serius dalam membatasi teknologi Cina.
"Pemerintahan ini akan melakukan apa yang diperlukan untuk menjaga Amerika tetap aman dan sejahtera, dan untuk berlindung dari musuh asing yang aktif menciptakan dan mengeksploitasi kerentanan infrastruktur dan layanan teknologi informasi serta komunikasi di Amerika Serikat," ucap Juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders dalam sebuah pernyataan.