REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pasukan Militer Amerika Serikat (AS) mengatakan salah satu kapal perang negara itu saat ini sedang berlayar di dekat Scarborough Shoal, wilayah yang disengketekan dengan Cina di Laut Cina Selatan. Langkah ini berpotensi membuat ketegangan antara AS dan Cina semakin meningkat, di tengah situasi perang dagang yang terjadi antara kedua negara.
Wilaya perairan itu selama ini diklaim kepemilikannya oleh Cina. Kapal perang AS yang dikenal dengan nama Preble melakukan operasi di wilayah yang terkenal dengan kepadatan lalu lintas air tersebut, Ahad (19/5).
“Preble berlayar dalam jarak 12 mil laut dari Scarborough Reef untuk menentang klaim maritim yang berlebihan dan menjaga akses ke jalur perairan, sebagaimana diatur oleh hukum internasional," ujar anggota militer AS, Clay Doss dilansir Aljazirah, Senin (20/5).
Operasi Preble menjadi yang kedua kalinya dilakukan oleh militer AS di Laut Cina Selatan sejak bulan lalu. Sebelumnya, kepala Angkatan Laut AS mengatakan kebebasan navigasi di wilayah perairan yang disengketakan itu telah menarik perhatian lebih besar.
Selama ini, militer AS melakukan banyak operasi di wilayah-wilayah dunia. Termasuk juga wilayah yang diklaim oleh sekutu negara itu dan hal ini terpisah dari pertimbangan politik.
Operasi kapal perang AS kali ini menjadi upaya terbaru yang dilakukan untuk melawan Negeri Tirai Bambu. Selama ini, Cina dinilai telah membayasi kebebasan navigasi di wilayah perairan strategis, yang juga dijadikan oleh Jepang dan beberapa angkatan laut negara-negara Asia Tenggara beroperasi.
Beberapa negara Asia Tenggara yang juga memiliki klaim atas wilayah di Laut Cina Selatan diantaranya adalah Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, Vietnam, dan Indonesia. Namun, selama ini Cina telah mengklaim hampir seluruh wilayah di Laut Cina Selatan. Negara itu berulangkali juga mengecam AS dan sekutunya atas operasi angkatan laut di area pulau-pulau yang diduduki oleh Cina.
Cina dan AS juga telah berulang kali terlibat konflik mengenai Laut Cina Selatan. Washington telah mengatakan bahwa Beijing melakukan militerisasi dengan mebangun instalasi militer di wilayah perairan itu.
Namun, Cina mengatakan hal itu diakukan sebagai upaya pertahanan diri dan mengatakan AS harus bertanggung jawab karena menimbulkan ketegangan di Laut Cina Selatan. AS telah beberapa kali mengirimkan kapal perang dan pesawat militer ke pula-pulau di wilayah perairan itu, yang diklaim kepemilikannya oleh Beijing. Kepala angkatan laut Cina dalam sebuah pernyataan bulan lalu mengatakan kebebasan navigasi tidak boleh digunakan untuk melanggar hak-hak negara lain.