Kamis 23 May 2019 11:58 WIB

Muhammadiyah Dukung Pertemuan Jokowi dan Prabowo Segera

Muhammadiyah menilai pertemuan Jokowi-Prabowo dinginkan suasana.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Nashih Nashrullah
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir.
Foto: Dokumen.
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mendukung agar terjadi pertemuan antara calon presiden (capres) 01 Joko Widodo dengan capres 02 Prabowo Subianto. Hal ini disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir dalam konferensi pers di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Kamis (23/5).  

Pertemuan antara dua pihak ini dinilai dapat mengakhiri situasi yang kian memanas. Kondisi politik saat ini dirasa semakin panas sejak Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan penetapan hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, Selasa (21/5) kemarin.  

Baca Juga

"Sejak awal, PP Muhammadiyah, bahkan ormas-ormas Islam bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan imbauan dan ajakan agar kedua capres Jokowi dan Prabowo ini bertemu," ujar Haedar Nashir, Kamis (23/5).  

Haedar menyebut selama dua hari terakhir, kedua capres ini telah mengeluarkan komentar terkait kondisi yang ada. Dari pernyataan yang ada, keduanya berusaha bersikap arif dan menjalin silaturahim.  

Menurutnya bisa jadi tinggal menunggu waktu kapan akhirnya kedua orang ini bisa bertemu. Presiden Joko Widodo diketahui kemarin memberikan pernyataan untuk mengakhiri situasi yang memanas. Sementara Prabowo-Sandi juga mengingatkan jika semuanya berdiri di atas konstitusi dan tidak boleh ada kekerasan.  

Haedar juga mengajak agar setiap masyarakat, tokoh, dan golongan agar kembali berdamai dan bersatu dalam Bhinneka Tunggal Ika. Perbedaan pilihan politik adalah hak demokrasi setiap bangsa.  

"Kita semua harus saling menghormati. Dinamika politik selama kampanye, pemilihan, dan pascepemilihan merupakan bagian dari demokrasi," ujarnya.  

Semua proses pemilu ini menurutnya harus segera diakhiri sesuai dengan konstitusi yang ada. Demokrasi yang ada mengajarkan bangsa akan nilai kebijaksanaan dan permusyawaratan.

Pemilu 2019 hendaknya diakhiri dengan kearifan dan sikap tanggung jawab serta kedewasaan. Sebagai keluarga besar bangsa, Haedar mengingatkan untuk kembali bersatu dan bersikap cerdas. 

Haedar menegaskan dalam aksi demo yang terjadi dua hari terakhir tidak ada warga Muhammadiyah yang terlibat. Ia bahkan mengajak untuk tidak terprovokasi dengan informasi yang belum jelas kebenarannya.  

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement