REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Perdana Menteri India Narendra Modi mencetak kemenangan pemilihan umum yang dramatis, Kamis (23/4). Dalam kepemimpinannya, Modi akan menghadapi tuntutan menyediakan lapangan pekerjaan bagi puluhan juta anak muda.
Selain itu, juga meningkatkan pendapatan pertanian yang tertekan. "Tantangan langsung adalah mengatasi masalah ketenagakerjaan, masalah pendapatan pertanian dan menghidupkan kembali sektor perbankan," kata kepala ekonom di Care Ratings di Mumbai, Madan Sabnavis.
Beberapa perusahaan di luar negeri, termasuk Amazon, Walmart dan Mastercard, telah mengeluh tentang kebijakan yang diambil di India. Menurut mereka, kebijakannya lebih dirancang untuk menguntungkan perusahaan domestik.
Menurutnya, Modi akan kesulitan memenuhi janji persatuan karena kampanye partainya Bharatiya Janata sering memecah belah. Minoritas Muslim India telah menyatakan kekhawatiran kebijakannya bertujuan menyenangkan mayoritas Hindu, dapat mengganggu mata pencaharian mereka.
Pemilihannya kembali memperkuat tren global populis sayap kanan yang menyapu kemenangan. Dari Amerika Serikat (AS) ke Brasil dan Italia, sering setelah mengadopsi posisi keras pada proteksionisme, imigrasi dan pertahanan.
Data resmi dari Komisi Pemilihan Umum menunjukkan Partai Bharatiya Janata unggul dalam 302 dari 542 kursi yang diperebutkan. Angka tersebut naik dari 282 yang dimenangkannya pada 2014, dan lebih dari 272 kursi yang dibutuhkan untuk mayoritas di majelis rendah parlemen.
Modi dihujani kelopak mawar oleh beberapa dari ribuan pendukung yang bersorak. Mereka menunggu selama berjam-jam untuk kedatangannya di markas besar partai pada Kamis malam.
"Apa pun yang terjadi dalam pemilihan ini di masa lalu, kita harus melihat ke depan. Kami harus membawa semua orang maju, termasuk lawan kami yang paling setia," katanya dalam pidato yang disiarkan televisi.