Jumat 31 May 2019 05:00 WIB

Penyehatan Muamalat, Kospin Jasa Harus Miliki Modal Kuat

Aset Bank Muamalat saat ini sekitar Rp 60 triliun-Rp 70 triliun.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Petugas melintas didekat logo Koperasi Simpan Pinjam (Kospin) Jasa Syariah, Jakarta,Kamis (31/1).
Foto: Republika/Prayogi
Petugas melintas didekat logo Koperasi Simpan Pinjam (Kospin) Jasa Syariah, Jakarta,Kamis (31/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koperasi Simpan Pinjam Jasa (Kospin Jasa) tengah mempersiapkan diri untuk dapat melakukan penyuntikan modal di Bank Muamalat yang saat ini dalam tahap kondisi penyehatan. Sebagai calon pemegang saham, Kospin Jasa harus memiliki struktur modal yang kuat dan berkelanjutan.

Sebab, menurut pengamat ekonomi syariah dari Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI, Azis Budi Setiawan, industri perbankan, terlebih syariah, merupakan sektor padat modal yang bersaing ketat dengan perbankan konvensional.

Baca Juga

Ia menuturkan, dalam beberapa tahun terakhir, biaya operasional perbankan syariah masih lebih besar jika dibanding dengan perbankan konvensional. Di sisi lain, seluruh perbankan syariah yang ada di Indonesia baru memiliki aset di bawah Rp 100 triliun, jauh lebih rendah dibanding perbankan konvensional yang telah memiliki aset hingga di atas Rp 1.000 triliun.

Ia mengatakan, keputusan untuk bergabung menjadi pemegang saham, dalam hal ini Kospin Jasa kepada Bank Muamalat, harus mempertimbangkan aksi dalam jangka panjang. Sebab, Bank Muamalat yang masih akan terus dikembangkan akan terus membutuhkan tambahan modal agar dapat bersaing dengan perbankan lainnya.

"Bank Muamalat dengan aset saat ini sekitar Rp 60 triliun-Rp 70 triliun sudah cukup besar. Maka, kalau ingin Muamalat terus tumbuh maka akan terus membutuhkan modal. Nah, ini tergantung kesanggupan dari pemegang sahamnya," kata Azis saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (30/5).

Saat ini, Kospin Jasa mengaku telah memiliki modal sekitar Rp 8 triliun. Menurut Azis, dengan besaran aset yang masih jauh di bawah Bank Muamalat itu, tidak menutup kemungkinan Kospin Jasa dapat menyuntikkan modalnya.

Sebab, kata Azis, Kospin Jasa dapat melakukan penyuntikan modal bersama jaringan atau lembaga yang selama ini menjadi mitra utama Kospin Jasa. Selain itu, perlu sumber daya manusia Kospin Jasa yang benar-benar fokus dan andal dalam strategi pengembangan perusahaan perbankan.

Tak hanya itu, Kospin Jasa harus memiliki keyakinan yang bulat untuk bisa masuk ke Bank Muamalat. Sebab, sebelumnya, Islamic Development Bank (IDB) yang memiliki aset lebih besar dari Kospin Jasa berpikir berulang kali untuk mau menyuntikkan modal ke Bank Muamalat yang saat ini masih tahap penyehatan.

"Ini adalah tantangan Kospin Jasa. Jika nanti Muamalat sudah selesai dalam proses penyehatan, maka target berikutnya dia harus ekspansi dan itu butuh modal lagi. Memang, untuk masuk di industri perbankan syariah itu banyak tantangan," kata dia.

Azis mengatakan, industri perbankan syariah saat ini bersaing ketat dengan perbankan konvensional yang secara kemampuan telah jauh lebih besar. Tak heran, kata dia, banyak pemodal besar yang melakukan evaluasi terhadap perbankan syariah karena besarnya kebutuhan modal di tengah ketatnya persaingan.

"Perbankan syariah dan konvensional itu hidup dalam satu napas. Perbankan bisa kompetitif kalau dia bisa ekonomis. Maka dari itu, dia harus punya bisnis yang besar agar bisa meningkatkan efisiensi," kata dia.

Sebelumnya, Kospin Jasa menyatakan sedang menunggu izin penyertaan investasi di Bank Muamalat Indonesia. Ketua Umum Koperasi Kospin Jasa Andy Arslan Djunaid, mengatakan, pihaknya berkoordinasi intensif baik dengan regulator, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Muamalat, maupun sesama investor.

Saat ini, Kospin Jasa sedang fokus memuluskan proses investasi. Dana telah masuk di rekening penampungan sebesar Rp 250 miliar.

Seperti diketahui, Kospin Jasa merupakan koperasi dengan aset terbesar di Indonesia. Pada 2018, aset Kospin Jasa mencapai Rp 8 triliun. Tahun lalu, Kospin Jasa mengakuisisi perusahaan asuransi syariah Takaful dan kini dalam proses investasi di Bank Muamalat.

Andi menyampaikan langkah agresif bagi sekelas Koperasi ini tetap terukur. Kospin Jasa mencermati benar perhitungan investasi dan akuisisi tersebut. Untuk tahun 2019, Andi mengatakan Kospin belum ada rencana besar lainnya. "Kami harus cermat jadi ke depannya belum ada lagi, kami fokus ini dulu karena Muamalat ini perlu energi luar biasa," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement