REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peringatan Hari Kelahiran Pancasila pada 1 Juni diharapkan tidak sekadar menjadi acara seremonial saja. Generasi milenial diharapkan untuk memahami makna dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
"Mungkin milenial perkotaan melihat Pancasila hanya sebatas ornamen saja dan sementara milenial pedesaan mungkin menilai Pancasila hanya tinggal angan – angan saja. Sehingga dengan mudah ideologi asingmasuk ke Indonesia," kata Sekjen Relawan Milenial Jokowi (Remaja) Dhika Yudistira melalui siaran persnya yang diterima Republika.co.id, Sabtu (1/6).
Oleh karena, Dhika berharap kepada pemerintah untuk lebih menekankan Nilai-nilai Pancasila kepada kaum milenial. Sehingga, ke depannya generasi milenial di Indonesia hidup tanpa ada konflik ideologi.
Sementara, aktivis Remaja lainnya, Keni Novandri menambahkan, peringatan hari lahir Pancasila ini jatuh tak lama setelah masyarakat Indonesia telah usai melakukan pesta demokrasi. Di mana, terjadi perbedaan politik di kalangan masyarakat serta muncul banyak hoaks.
Karena itu, pihaknya akan membuat Festival Remaja bertajuk “The Nerve of Millenial”. Acara ini merupakan rangkaian acara yang akan berlangsung mulai 1 juni
(hari lahir Pancasila) hingga 1 oktober (hari kesaktian Pancasila).
"Rangkaian program ini akan dilakukan oleh duta remaja se-indonesia dengan bungkusan acara milennial agar Pancasila menjadi urat nadi para remaja atau milenial dalam kehidupan sehari-hari," kata Keni.
Keni menjelaskan, pada acara ini, akan diadakan silaturahim mengajak para tokoh masyarakat, tokoh partai, pejabat negara, dan lainnya. Tujuannya, untuk bersama-bersama membumikan Pancasila dan menggagas rekonsiliasi Nasional.
Aktivis Remaja saat menggelar konferensi pers memperingati Hari Kelahiran Pancasila, Sabtu (1/6) di Jakarta.