REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Minat pekerja asal Jawa Barat (Jabar) untuk bekerja ke Jepang cukup tinggi. Menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jabar, Mochamad Ade Afriandi, pada proses seleksi tahap pertama jumlah calon pekerja yang mendaftar cukup banyak, yakni mencapai 530 pendaftar.
"Tapi yang tersaring dan bisa lolos 139 orang," ujar Ade kepada wartawan saat membuka acara Pembukaan Pelatihan Calon Pekerja Migran Indonesia, di Balai Latihan Kerja Pekerja Migran (BLKPM), Kamis (20/6).
Menurut Ade, tahun ini pekerja migran diberangkatkan ke Jepang karena memang programnya disinergikan kementerian tenaga kerja. "Sasarannya dari pusat memang memberangkatkannya ke negara Jepang sekitar 200 ribu secara nasional," katanya.
Ade mengatakan, pusat tak menetapkan kuota untuk setiap provinsi. Oleh karena itu, Provinsi Jabar bisa memberangkatkan pekerja sebanyak-banyaknya. Tapi, tetap saja pihaknya harus melakukan seleksi. "Tahun ini sebenarnya yang pergi ke Jepang naik dari tahun lalu. Tahun kemarin hanya 80 orang, sekarang bisa meloloskan dan memberangkatkan 139 orang," katanya.
Pemberangkatan migran ke Jepang, kata Ade, dilakukan akhir tahun. Namun, semua calon pekerja harus lulus sampai terakhir pengecekan kesehatan di lembaga pemeriksa kesehatan. Calon pekerja akan bekerja di manufacture, perikanan, kontruksi, dan lainnya. "Setelah dites 139 lolos nanti di proses di kementerian untuk bekerja ke Jepang," jelasnya.
Menurut Ade, sebelum memberangkatkan pekerja tersebut, Disankertrans Jabar memberikan skill agar pekerja mereka mampu berbahasa Jepang. Nantinya, mereka akan bekerja selama tiga tahun di Jepang.
Ade menjelaskan, untuk pekerja purnamigran, Disnakertrans Jabar pun membuka peluang setelah pulang ke tanah air agar mereka bisa masuk ke dunia kerja yang ada di Jabar. "Yang tinggal di Jepang 5 tahun kami bisa manfaatkan purnamigran sebagai instruktur," katanya.
Sementara, menurut Kepala Balai Latihan Kerja Pekerja Migran Indonesia, Teguh Khasbudi, tahap pertama pelatihan calon pekerja migran Indonesia diberikan pada 20 orang untuk posisi manufaktur. Mereka berasal dari peserta Kabupaten Bandung sebanyak 3 orang, Kabupaten Garut 6 orang, Kabupaten Sukabumi 2 orang, Kabupaten Majalengka, Purwakarta, Bogor, Cianjur, Depok, Subang dan Kabupaten Tasikmalaya, masing-masing 1 orang.
"Adapun kualifikasi tingkat pendidikannya adalah D3 sebanyak 1 orang, SMK sebanyak 15 orang, dan SMA sebanyak 4 orang. Rata rata usia antara 19 sampai 24 tahun," kata Teguh seraya mengatakan pelatihan akan diselenggarakan selama 21 hari.