REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPM-Desa) Provinsi Jawa Barat terus berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Salah satunya adalah meluncurkan program Jembatan Gantung Desa atau Jantung Desa. Menurut Kepala DPM-Desa Jawa Barat Dedi Supandi, tahun ini pihaknya berencana membangun 20 jembatan gantung yang tersebar di sejumlah Kabupaten/Kota Jawa Barat. Pemilihan lokasi pembuatan jembatan gantung, didasarkan skala prioritas. Ada dua prioritas yang ditentukan DPM-Desa Jawa Barat, yakni akses sekolah dan perputaran roda ekonomi. Sehingga, tujuan utama program Jantung Desa diluncurkan untuk mempermudah akses sekolah dan konektivitas antar desa.
''Aspek prioritas tinggi itu, kalau misalnya, Jembatan Gantung sudah dibangun maka akses sekolah tidak terhambat. Ada juga, pertumbuhan ekonomi yang tadinya menghubungkan desa A dan desa B, itu yang kita prioritaskan,'' ujar Dedi Supandi kepada wartawan akhir pekan lalu. Dedi mengatakan, dengan menetapkan skala prioritas, DPM-Desa Jawa Barat dapat menentukan 20 lokasi dari 84 lokasi yang diusulkan masyarakat. Selain mengutamakan skala prioritas, pihaknya pun melakukan peninjauan langsung ke lokasi.
''Pencarian lokasi sebetulnya sudah masuk lewat usulan. Usulan ada yang masuk ke Pak Gubernur (Ridwan Kamil), ada yang lewat media sosial BPM-Desa sendiri disertai dengan foto-foto. Sampai sekarang itu, sudah ada 84 usulan,'' kata Dedi seraya mengatakan dari 84 usulan ini, ia lakukan peninjauan lokasi. Selain itu, kata dia, program Jantung Desa juga berupaya mengembangkan potensi wisata desa. Oleh karena itu, tidak heran apabila jembatan gantung yang dibangun via program Jantung Desa mempunyai desain menarik dengan warna-warna yang cerah.
Dedi mencontohkan salah satu jembatan gantung di Cirebon. Jembatan gantung tersebut, mampu menyedot animo masyarakat untuk berkunjung, entah berswafoto atau melakukan foto pra-nikah. ''Jembatan gantung desa sudah dijadikan warga sebagai tempat selfie dan bahkan pra-wedding dilakukan dengan latar belakang jembatan gantung desa. Itu bisa meningkatkan indeks kebahagiaan masyarakat,'' katanya.
Dedi menjelaskan, ada sekitar enam tipe desain jembatan gantung desa. Dari enam ini, silakan mau pilih yang mana. ''Corak dan arsitektur berbeda, tetapi nuansa warna-warni harus tetap ada di setiap tipe desain,'' katanya. Menurut Dedi Supandi, ke-20 lokasi yang akan dibangun jembatan gantung desa pada tahun ini terletak di tujuh Kabupaten/Kota, yakni Sukabumi, Cianjur, Kuningan, Sumedang, Tasikmalaya, Majalengka, Garut, dan Subang.
Ada tiga hal utama yang ingin dicapai DPM-Desa dengan Jantung Desa, yakni meningkatkan ekonomi masyarakat desa, memperbaiki konektivitas antar desa, dan menekan biaya transformasi masyarakat desa. ''Jembatan gantung desa merupakan terobosan untuk meningkatkan konektivitas wilayah antar desa yang memiliki banyak kepentingan,'' katanya.
Ujungnya, kata dia, adalah peningkatan ekonomi, ektivitas waktu, dan efektivitas biaya. Karena, mereka yang harus berkeliling sekian kilometer cukup menyebrang dengan waktu relatif singkat, mengangkut hasil pertanian tidak terlalu lama. Dedi pun tidak menampik bahwa ada beberapa kendala dihadapi dalam proses pembangunan desa. Salah satu kendala terbesar adalah minimnya akses menuju lokasi. Menurutnya, beberapa lokasi yang akan dibangun jembatan gantung tidak bisa dilewati kendaraan roda empat.
Situasi tersebut, kata Dedi, menghambat proses pengiriman bahan baku. Untuk menuntaskan kendala itu, DPM-Desa Jawa Barat berkolaborasi dengan masyarakat sekitar untuk menjamin Sumber Daya Manusia (SDM). ''Kondisi beberapa lokasi itu hampir tidak bisa dilalui oleh kendaraan roda empat. Untuk membawa bahan harus menggunakan tenaga pemberdayaan (atau) tenaga padat karya. Bahan baku digotong sampai ke lokasi,'' katanya. Namun masyarakat di Jabar cukup bagus. Karena, mereka menyambut pembangunan jembatan desa dengan antusias dan ikut terlibat dalam pelaksanaan jembatan gantung.
Untuk menjaga kualitas jembatan gantung yang dibangun, kata dia, DPM-Desa menggandeng beberapa tenaga pengawas profesional dan membentuk Satuan Tugas Pengawas Pelaksanaan Jantung Desa. Hal itu dilakukan agar program Jantung Desa berjalan sesuai rencana. ''Sudah kita lakukan dari bulan April sampai bulan Mei kemarin sudah ada pengawasan. Mengontrol kualitas dan di samping pengawas profesional, kita pun telah membuat regulasi tentang pelaksanaan pengawasan kegiatan Jantung Desa,'' papar Dedi.