REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas memuji dukungan Arab Saudi terhadap perjuangan rakyat dan negaranya. Hal itu terkait dengan ketegasan Riyadh mengusung inisiatif perdamaian Arab guna menyelesaikan konflik Palestina-Israel.
“Presiden Abbas memuji pernyataan baru-baru ini yang dirilis para menteri luar negeri Arab Saudi pada akhir sesi kabinet yang diadakan di Jeddah di bawah kepemimpinan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud, di mana Saudi mengukuhkan keteguhan posisinya pada perjuangan Palestina,” kata kantor berita Palestina, WAFA dalam laporannya pada Selasa (25/6).
Saudi menekankan kebutuhan penyelesaian konflik Palestina-Israel berdasarkan inisiatif perdamaian Arab yang diusulkannya sejak 2002. Inisiatif tersebut menyerukan negara-negara Arab menormalisasi hubungannya dengan Israel. Namun sebagai imbalannya, Israel harus menarik seluruh pasukannya dari wilayah yang didudukinya pascaperang 1967, termasuk Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Dataran Tinggi Golan di Suriah.
Penegasan posisi Saudi dalam persoalan Palestina muncul saat Amerika Serikat (AS) menggelar konferensi ekonomi bertajuk “Peace for Prosperity” di Manama, Bahrain. Washington berencana mendamaikan Israel-Palestina melalui jalur ekonomi.
Penasihat senior Gedung Putih Jared Kushner adalah tokoh yang memimpin konferensi. Dalam acara itu, Kushner akan berusaha menarik negara-negara donor serta investor untuk menyumbangkan dana sebesar 50 miliar dolar AS.
Rencananya, jika dana 50 miliar yang ditargetkan AS terkumpul, sekitar 28 miliar dolar di antaranya akan dialokasikan untuk wilayah Palestina, yakni Tepi Barat dan Jalur Gaza. Sementara sisanya akan digelontorkan untuk Yordania (7,5 miliar dolar AS), Mesir (9 miliar dolar AS), dan Lebanon (6 miliar dolar AS).
Dana sebesar 28 miliar dolar untuk Palestina rencananya digunakan untuk membiayai 179 proyek infrastruktur. Salah satunya adalah pembangunan jalur transportasi yang akan menghubungkan Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Kushner meyakini konferensi ekonomi yang berlangsung dua hari di Manama akan berhasil meski ada boikot dari kepemimpinan Palestina. "Kami telah bekerja dengan sangat hati-hati pada proposal yang sangat rinci untuk apa yang kami pikir dapat membawa konflik ini, yang telah macet, maju," ucapnya saat diwawancara Aljazirah.
Kendati demikian, dia menegaskan jika memang ada kesepakatan antara Israel-Palestina, hal itu tak akan sejalan dengan inisiatif perdamaian Arab. "Itu akan berada di suatu tempat antara inisiatif perdamaian Arab dan antara posisi Israel," ujarnya.
Kushner menilai, inisiatif perdamaian Arab adalah upaya besar. Namun, jika memang inisiatif tersebut dapat membuahkan kesepakatan, hal itu seharusnya terjadi sejak lama.
Abbas telah mengecam konferensi ekonomi di Bahrain. Dia mengisyaratkan menolak solusi ekonomi yang diusulkan AS. "Uang itu penting. Ekonomi penting. Tapi politik lebih penting. Solusi politik lebih penting," kata Abbas.