REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cerita dalam Spider-Man: Far from Home mencoba menunjukkan dunia setelah kehilangan Iron Man dan kehidupan Peter Parker (Tom Holland). Kenyataan yang ingin ditolak namun hidup harus terus dilanjutkan.
Cerita kali ini menawarkan aksi, roman, dan komedi dengan porsi yang pas dan menguatkan. Setelah dibuat muram pada Avengers: Endgame, film ini berhasil membangkitkan rasa bahagia penontonnya. Dari sekedar senyuman hingga tawa bisa dihasilkan dari tingkah laku para tokohnya.
Holland sebagai Spider-Man dan remaja konyol yang sering kali muram tetap apik melakoni perannya. Zendaya sebagai MJ mendapatkan porsi yang cukup banyak untuk lebih bisa menunjukkan karakternya dengan spektrum lebih luas. Zendaya ditampilkan sebagai sosok yang bisa mencintai dengan ketangguhan.
Jake Gyllenhaal yang baru muncul dalam Spider-Man: Far from Home memerankan karakter Quentin Beck atau mendapatkan julukan Mysterio yang datang dari bumi lain. Dengan setelan seperti Thor, kekuatan seperti Doctor Strange, dan sikap mengayomi seperti Iron Man, membuat Spider-Man mudah dekat dengannya.
Hanya saja ada catatan untuk adegan aksi. Sony Pictures masih mempercayakan pada computer-generated imagery (CGI) dalam setiap pengambilannya. Adegan-adegan aksi mendapatkan sentuhan komputer yang jelas dan ini bisa menjadi nilai tambah dan kurang sekaligus.
Dalam beberapa adegan, CGI menjadi sentuhan menyenangkan terutama dalam mengembangkan ilusi. Namun, dalam adegan lainnya tidak ada kesan mencengangkan dari sebuah aksi yang pada akhirnya hanya dari sentuhan komputer untuk membantunya.
Dengan berbagai macam suguhan ini, Far from Home sangat menghibur dan menyenangkan untuk ditonton. Dengan 93 persen kesegaran dari 218 ulasan di Rottentomatoes, Spider-Man: Far from Home adalah film yang cukup seru untuk ditonton.