Kamis 04 Jul 2019 16:47 WIB

Iran akan Kurangi Komitmen pada Kesepakatan Nuklir

Iran akan meningkatkan penganyaan uranium melebihi kesepakatan nuklir.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Presiden Iran Hassan Rouhani
Foto: AP
Presiden Iran Hassan Rouhani

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan, Iran akan mengurangi komitmen dari kesepakatan nuklir, jika mitra Eropa dari perjanjian nuklir 2015 atau dikenal dengan Joint Comperhensif Plan of Action (JCPOA) gagal memenuhi komitmen mereka. Dia menegaskan akan mengurangi komitmen terhadap JCPOA mulai 7 Juli.

"Dari 7 Juli, Iran akan memulai langkah-langkah untuk mengurangi komitmen terhadap perjanjian nuklir 2015, dan jika Anda (negara-negara Barat) ingin menyatakan penyesalan atau mengeluarkan pernyataan, lakukan sekarang," ujar Rouhani dikutip Kantor berita Mehr yang dilansir dari Anadolu Agency, Kamis (4/7).

Baca Juga

Hal itu dikatakan Rouhani saat berbicara pada sesi kabinet di ibu kota Teheran. Ia menegaskan, bahwa tingkat pengayaan uranium Iran tidak akan lagi menjadi 3,67 persen setelah batas waktu tersebut.

"Kami akan meninggalkan komitmen ini dan akan meningkatkan tingkat pengayaan ke tingkat yang diperlukan," katanya.

Hal tersebut merupakan langkah yang mendorong Presiden AS Donald Trump untuk memperingatkan Iran bermain dengan api. Eropa menyatakan keprihatinan dengan pelanggaran nyata Iran terhadap kesepakatan tersebut. 

Trump menanggapi dengan keputusan untuk meluncurkan serangan udara, namun membatalkannya pada menit terakhir. Washington juga menuduh Iran berada di belakang serangan terhadap beberapa kapal tanker minyak di Teluk, yang dibantah Teheran.

Merujuk kepada JCPOA, Rouhani mengatakan, semua pihak harus kembali ke logika, meja perundingan, saling pengertian, menghormati hukum, dan resolusi Dewan Keamanan PBB. 

"Dan di bawah kondisi ini kita semua akan mematuhi JCPOA," kata Rouhani.

Di bawah kesepakatan nuklir, Iran setuju untuk menghancurkan persediaan uranium yang diperkaya menengah, dan menurunkan persediaan uranium yang diperkaya rendah sebesar 98 persen. Kesepakatan tersebut ditandatangani oleh AS, Rusia, China, Prancis, Jerman, dan Uni Eropa pada 2015.

Pada Oktober 2017, Presiden AS Donald Trump mengumumkan negaranya tidak akan lagi menjadi penandatangan kesepakatan. Dengan demikian, AS menarik diri dari perjanjian tersebut. Tak lama setelah itu, Washington memberlakukan sanksi terhadap Iran.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement