REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Malioboro memulai uji coba konsep kebersihan Total Care. Konsep tersebut merupakan sebutan untuk pelayanan prima kebersihan di sepanjang Jalan Malioboro-Ahmad Yani (Margo Mulyo).
Uji coba konsep ini merupakan bagian dari tahapan panjang yang telah dilalui. Nantinya, Total Care akan dilalui dalam mendukung wajah baru Malioboro yang indah tanpa memindah.
Presidium Paguyuban Kawasan Malioboro, Sujarwo Putra menilai, ada keluhan besar yang dari waktu ke waktu muncul terkait keindahan Malioboro. Terutama soal kotor dari sampah maupun limbah.
"Kedua, kumuh yang berakar dari penampilan secara keseluruhan, yang kedua masalah itu sampai saat ini belum di atasi secara tuntas," kata Sujarwo, Sabtu (6/7).
Untuk itu Paguyuban Kawasan Malioboro menggandeng Paguyuban Angkringan Padma, Paguyuban Lesehan PPLM, PPMS dan Paguyuban Handayani. Ada pula dukungan LDPM UCY dan Laznas Al Azhar.
Semuanya secara serius berusaha mencari jalan baru agar masalah itu dapat di atasi secara tuntas dan berkelanjutan. Pertemuan komunitas digelar demi mencari masukan dan rumusan awal.
Mereka akan pula melakukan survei untuk mengetahui timbunan sampah di Malioboro. Pertama, survei Paguyuban Kawasan Malioboro meliputi daerah sepanjang Jalan Malioboro dan Margo Mulyo.
"Selanjutnya, survei akademis timbunan sampah di sekitaran gerbang Kepatihan, sayap timur Jalan Malioboro, oleh LDPM UCY dari 12-24 Maret 2019," ujar Sujarwo.
Dari proses hampir satu tahun, lahir dua konsep. Pertama, berkenaan penanganan kekumuhan melalui desain baru lesehan, prototipenya akan dipamerkan di lapangan untuk dicari masukan.
Kedua, lanjut Sujarwo, terkait mengatasi masalah kotor atau sampah, dengan konsep total care kebersihan Malioboro. Tentu saja, diperlukan cara pandang dan pendekatan yang baru.
Malioboro disebut harus dipandang sebagai sebuah pasar panjang dalam satu kesatuan. Sederhananya, Malioboro harus dipandang sebagai pusat perbelanjaan super besar dan panjang.
Kemudian, pusat perbelanjaan itu beroperasi selama hampir 24 jam. Sehingga, potensi timbulnya sampah yang berlangsung dalam rentang waktu yang sama.
"Oleh karena itu, pelayanan kebersihan mesti dilakukan terus-menerus sepanjang pusat perbelanjaan itu beraktivitas," kata Sujarwo.
Selanjutnya, penanganan dilakukan secara bersamaan antara hulu dan hilir. Hulu terkait sumber yang menghasilkan sampah, dan hilir tentu saja terkait penanganan sampah yang timbul di lapangan.
Sujarwo menekankan, perpaduan fasilitasi dan persuasive-edukatif, dengan penegakan hukum secara tegas jangan dilupakan. Kemudian, perlu konsisten, berkelanjutan dan sinergi antar pemangku kebijakan.
Untuk cara baru, ia mengusulkan, ada sejumlah petugas yang terus-menerus melayani kebersihan di Kawasan Malioboro. Mereka akan bertanggungjawab menjaga kebersihan dalam besaran area tertentu.
Tentu, disesuaikan dengan jenis sampah dan besaran volume sampah. Hitungan mereka, untuk Kawasan Malioboro sepanjang sekitar 1.200 meter diperlukan cuma kurang dari 100 petugas.
"Bandingkan, petugas keamanan Malioboro yang sekarang hampir 200 orang, sedangkan petugas kebersihan hanya lima orang setiap shift," ujar Sujarwo.
Lalu, frekuensi pengangkutan sampah harus seimbang antara volume sampah dengan besaran tong. Dalam hitungan kami tiap 1/3 dari tong sampah sudah terisi, wajib diangkut atau paling kurang 2,5 jam sekali.
Ketiga, fasilitasi daya dukung kebersihan seperti tong sampah yang memadai dan mudah dikenali pengunjung. Gerobak pengangkut dapat pula disesuaikan dengan pemilahan sampah.
Untuk mengurangi sumber sampah dapat lewat pengggunaan air yang minimum (waterless), penggunaan alat masak ramah lingkungan, dan lain-lain. Tentu saja perlu ada edukasi yang terus-menerus.
Bahkan, dalam segala bentuk untuk menanamkan budaya bersih bagi pelaku ekonomi dan jasa serta pengunjung. Terakhir, ia menegaskan, edukasi sanksi dan penegakkan hukum harus tegas.
Uji coba konsep total care kebersihan Malioboro akan dilaksanakan pada 7 Juli 2019. "Uji coba ini didukung 15 relawan kebersihan yang menjaga Kawasan Malioboro dari pagi hingga malam hari," kata Sujarwo.
Ia menekankan, uji coba dilaksanakan sebagai ajang simulasi yang faktual agar diperoleh pelajaran dan masukan dari lapangan. Termasuk, pemangku-pemangku kebijakan terkait.
"Nantinya, semua ini akan menyempurnakan konsep yang telah dibuat, sehingga saat kami serahkan kepada Pemkot Yogyakarta dan Pemda DIY, benar-benar sudah siap untuk diimplementasikan," ujar Sujarwo.