Selasa 09 Jul 2019 10:43 WIB

Tulus Belajar Percaya Diri dari Dosennya

Lewat kepercayaan pada dirinya Tulus kini bisa menggapai mimpinya.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Indira Rezkisari
Penyanyi Tulus menggelar konser tunggal, Konser Monokrom Tulus, Rabu (6/2) malam, di Istora Senayan Jakarta.
Foto: dok Rajawali Indonesia
Penyanyi Tulus menggelar konser tunggal, Konser Monokrom Tulus, Rabu (6/2) malam, di Istora Senayan Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Penyanyi solo Indonesia, Tulus menceritakan pengalamannya saat duduk di bangku kuliah jurusan arsitek di Bandung. Saat itu, dia merasa tak bisa lulus dalam sebuah mata kuliah yang menggunakan sebuah software.

"Saya itu bisa menggambar tetapi menggambar sketsa. Dan satu mata kuliah itu mewajibkan menggambar dengan menggunakan software. Saya itu nggak bisa pakai software," ujar Tulus ditemui beberapa waktu lalu.

Baca Juga

Penyanyi kelahiran 1987 itu sempat hampir menyerah dan memilih untuk tak lulus pada mata kuliah itu. Sebab, dia merasa benar-benar tak bisa dan tak menguasai software tersebut.

"Saya sampai menyerah, mendingan nggak usah deh lulus di mata kuliah itu. Dosen pun mengatakan sebenarnya saya harus lulus, karena kalau tidak, saya akan mendapat nilai E," ungkap Tulus mengenang masa itu.

Akan tetapi, dosennya itu memberikannya keyakinan bahwa dia harus memiliki kepercayaan untuk menyelesaikan tugas di mata kuliah tersebut. Dosennya itu mengatakan Tulus harus memiliki rasa percaya, karena rasa percaya itu menular.

"Dosen itu berkata, 'Kalau kamu percaya kamu bisa kamu akan menularkan percaya itu. Termasuk ke saya'. Mulai saat itu saya pun berusaha mengerjakan tugas dengan kepercayaan saya, lalu alhamdulillah saya bisa lulus dengan predikat yang baik, tapi yang sebenarnya adalah seorang anak yang tak bisa menguasai software," ungkap dia.

Momentum itulah yang juga membuat dia percaya diri untuk membuat label sendiri saat mencoba untuk memberikan demonya sebagai penyanyi. Saat itu, Tulus mengatakan industri musik Indonesia sempat menolaknya.

Tulus menuturkan, saat pertama dia mencoba terjun ke industri musik, dia menyebut kemungkinan momentumnya juga belum tepat. "Waktu itu saya patah hati banget. Tapi setelahnya, saya percaya lalu saya mencoba masuk dengan menggunakan label sendiri," tutur dia.

Rasa percaya itu kemudian juga menuntunnya untuk tetap optimistis dapat membantu para guru memiliki cita-cita yang merdeka. Ide untuk membantu guru untuk belajar lagi, kemudian dia coba kembangkan bersama dengan rekan-rekannya dengan rasa percaya bahwa ini akan berhasil.

"Saya hanya modal percaya saja bahwa ini bisa. Dan nggak kerasa sudah jalan 2 tahun ternyata ya jalan. Ke depannya kami juga coba kembangkan lagi," tutur dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement