REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyatakan, kepolisian dan tentara hanya bisa menangani satu persen dari ancaman terorisme, sedangkan sisanya ada di tangan rakyat. Karena itu, seluruh elemen bangsa harus bersinergi untuk menghadapi ancaman terorisme.
"Sekarang teroris itu tidak bisa diatasi oleh polisi dan tentara. Tidak bisa. Hanya satu persen, 99 persen itu di kekuatan rakyat," ujar Ryamizard di Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (9/7).
Karena itu, Ryamizard menyebutkan, terorisme harus dijadikan musuh bersama oleh seluruh elemen masyarakat. Ia pun mengimbau masyarakat bergabung dalam program Bela Negara yang diinisiasi oleh kementeriannya sehingga konsep perang semesta dengan basis kekuatan rakyat dan tentara dapat terwujud.
"Kita sudah ada wadahnya yaitu Bela Negara, itu total warfare. Tidak bisa satu negara menyelesaikan masalah teroris, harus bersama-sama seluruh rakyat. Kita jadikan teroris musuh bersama," terangnya.
Ryamizard menjelaskan, Kemenhan telah mendesain strategi pertahanan negara smart power. Strategi itu berbasis perang semesta dan merupakan kombinasi antara pembangunan kekuatan keras power dan kekuatan lembut.
Kekuatan keras terdiri dari kekuatan rakyat ditambah kesiapan TNI atau alutsista, sedangkan kekuatan lunak terdiri dari pola pikir dan diplomasi pertahanan kawasan. "Guna mengantisipasi tiga dimensi ancaman, yaitu ancaman fisik yang nyata dan belum nyata, serta ancaman non fisik yang dapat mengancam ideologi negara," katanya.