REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ratusan pencari suaka sampai hari ini masih telantar di jalur pedestrian. Dalam beberapa hari terakhir mereka tinggal di trotoar depan Menara Ravindo, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, gedung tempat kantor UNHCR berlokasi. Sayangnya, rencana relokasi yang sedianya dilakukan Pemprov DKI pada Rabu (10/7) ke Jakarta Islamic Center di Jakarta Utara, batal dilakukan.
Pemprov DKI Jakarta mengakui, hal tersebut masih membutuhkan rekomendasi dari Kementerian Luar Negeri dan perwakilan Komisi Tinggi Pengungsi PBB (UNHCR) di Indonesia. Rencananya, ratusan pencari suaka akan diangkut ke Jakarta Islamic Center di Jakarta Utara. Kendati demikian, hingga Rabu malam, para pengungsi yang sudah mengemasi barang-barang mereka belum dipindahkan.
Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullah mengatakan, pihak Pemprov DKI ternyata tak bisa secara swadaya memindahkan para pencari suaka tersebut. “Kemenlu akan rapat dengan UNHCR, kami tunggu seperti apa,” kata dia, di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (10/7).
Setelah itu, UNHCR harus membuat surat ke Pemprov DKI untuk meminta lokasi penempatan. “Tapi, ini kan kami tidak tahu, ada aspek politiknya yang harus dikelola oleh kementerian luar negeri dengan instansi vertikal terkait lainnya. Jadi, kami sedang menunggu ini, menunggu dari Kementerian Luar Negeri sama UNHCR diskusinya seperti apa,” ujarnya.
Perwakilan UNHCR temui pendemo imigran yang mencari tempat tinggal atau suaka di depan gedung Menara Ravindo, Kebon Sirih, Kamis (4/7).
Sebetulnya, kata dia, Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Kalideres di Jakarta Barat juga akan memfasilitasi para pencari suaka. Namun, Pemprov DKI juga menawarkan JIC meski kemudian rencana itu terhambat.
Hingga kemarin, kata Saefullah, Pemprov DKI belum bisa memberikan bantuan penempatan. “Hanya mengecek kesehatan, bagian obatnya, dokternya yang tahu. Yang jelas diperiksa dengan pemeriksaan prosedur operasional standar (SOP). Seperti diperiksa tekanan darah dan denyut jantung. Kalau ada keluhan, juga akan langsung dikasih obat,” kata dia.
Perwakilan dari Pemrov DKI Jakarta sedianya mendatangi kantor UNHCR untuk melakukan pertemuan tertutup, semalam. Kepala Bidang Perlindungan Sosial Dinas Sosial DKI Jakarta, Tarmijo damanik, tampak keluar dari Menara Ravindo sekira pukul 19.33 WIB, tetapi enggan memberikan keterangan terkait nasib para pencari suaka.
Demikian juga pihak Kemenlu dan UNHCR yang disebut mengikuti pertemuan tertutup itu. Pekan lalu, UNHCR dan Kemenlu sempat melansir bahwa para pengungsi akan direlokasi ke rumah-rumah tinggal yang dikelola Organisasi Migran Internasional (IOM) atau kembali ke Rudenim Kalideres.
Sementara di trotoar Menara Ravindo, tampak para pencari suaka dari Afghanistan masih bertahan di pinggir jalan. Mereka mengandalkan tikar seadanya. Barang-barang yang mereka miliki telah dimasukkan dalam sekumpulan plastik hitam besar, terpal, dan kardus. Anak-anak balita tampak bermain dengan mainan seadanya.
Perwakilan UNHCR temui pendemo imigran yang mencari tempat tinggal atau suaka di depan gedung Menara Ravindo, Kebon Sirih, Kamis (4/7).
Salah satu pencari suaka dari Afghanistan, Zahra Madari (24 tahun), mengatakan, sudah sembilan bulan tinggal di trotoar di depan Rudenim Kalideres, Jakarta Barat. “Di sini saya baru sehari dari kemarin. Di Kalideres pun tidak ada yang menolong, hanya dikasih makan oleh warga lokal. Kadang makan nasi, kadang makan biskuit. Semuanya yang dikasih warga saya makan,” ucap wanita berjilbab itu dalam bahasa Inggris.
Ia mengatakan, belum mengetahui kelanjutan nasibnya setelah penundaan relokasi. “Saya sedih karena di sini tidak ada pertolongan dan tidak jelas. Saya harap kami bisa pergi ke Australia dan Amerika. Saya tidak mau kembali lagi ke negara saya karena saya tidak pernah tenang,” kata perempuan yang terpaksa berhenti kuliah akibat perang di Afghanistan itu.
Pencari suaka lainnya yang berasal dari Afghanistan, Neki (23 tahun), juga tidak mengetahui soal rencana pemindahan ke Islamic Center. “Negara saya tidak aman. Jadi, saya tidak mau kembali. Saat ini saya hanya memiliki kartu pengungsi sementara. KTP dari Afghanistan hilang. Saya hanya berharap sekarang ini ada tempat layak dan aman,” kata dia.
Sejumlah warga Indonesia juga tampak membantu para pencari suaka, kemarin. Republika menyaksikan tiga perempuan yang membagikan nasi bungkus ke pencari suaka. Salah satu wanita tersebut, Wasih (31 tahun), mengatakan, ia jatuh iba karena sering melihat para pencari suaka ini ketika jalan menuju kantornya.
Ia membawa 180 nasi bungkus untuk para pencari suaka. “Kurang juga sih ini. Pas saya kasih saja, anak-anak pada senang. Bahkan, ada yang tidak kebagian. Terharu lihatnya, mereka langsung mainin plastiknya walaupun tidak ada isinya,” tuturnya. “Ini kan di pinggir jalan yah. Harusnya difasilitasi atau dikasih tempat tinggal gitu. Jangan di pinggir jalan. Mereka butuh tempat berteduh. Apalagi, ada yang masih memiliki bayi dan anak balita,” ujarnya melanjutkan.
Para pencari suaka tidur di trotoar depan Menara Ravindo, Jalan Kebon Sirih, Jakarta, Rabu (3/7/2019).
Sementara itu, Masjid Raya Jakarta Islamic Center Jakarta Utara sudah mempersiapkan dua ruangan untuk menampung ratusan pencari suaka dari berbagai negara di sepanjang Jalan Kebon Sirih. Kepala Sekretariat Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta, Ahmad Juhandi, mengatakan, pihaknya sudah mempersiapkan ruangan yang masing-masing berukuran 340 meter persegi dan 130 meter persegi.
"Kita kasih ruangan besar yang terpisah antara lelaki dan yang perempuan dan anak-anak, kemudian nanti ruangan itu diberi karpet alas dan diberi matras 50 dari Sudinsos Jakarta Utara," kata Juhandi di Masjid Raya JIC Jakarta Utara, Rabu. Dia mengatakan, data tersebut adalah data terbaru yang diterimanya dari UNHCR.
Lokasi yang disediakan pengelola JIC tersebut juga menyediakan kamar mandi terpisah untuk laki-laki dan perempuan meski jumlahnya terbatas. "Tapi, kalau terpaksa, bisa langsung ke masjid. Kalau di masjid, banyak itu kamar mandi dan toilet, yang sifatnya darurat bisa langsung ke sana," tuturnya.
Pihak JIC juga mempersiapkan jemuran serta beberapa rak yang bisa dipakai untuk menyimpan pakaian. Juhandi mengatakan, ruangan tersebut cukup untuk menampung 229 pengungsi yang rencananya tiba di JIC hari ini.
Ia kemudian memerinci, 229 orang tersebut berasal dari Sudan sebanyak 52 orang (16 keluarga, 19 laki-laki lajang), Afghanistan 148 orang (25 keluarga, 16 laki-laki lajang), Somalia 27 orang (4 keluarga, 7 laki-laki lajang), dan Pakistan 2 orang (2 laki-laki lajang).
Ide pemindahan ke JIC ini sebelumnya disampaikan Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi. "Kalau memang malam ini mereka berkoordinasi dengan teman-teman 241 orang yang ada di bawah, nanti akan kita pindahkan, rencananya besok pagi, ke Islamic Center," ujar Prasetyo di gedung DPRD DKI Jakarta, Selasa (9/7) malam.
Ia menyebut, sebanyak 241 orang pencari suaka akan dipindahkan pada Rabu pagi. Pemberian tempat ini, kata dia, sebagai bentuk kemanusiaan agar mereka tidak tinggal di trotoar di mana ada anak-anak yang sedang sakit dan membutuhkan makanan.