REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah Disney merilis cuplikan film Mulan baru-baru ini, banyak tanggapan antusias dari warganet terutama di Cina. Sayangnya meski menjadi kabar gembira, perilisan cuplikan malah mendapat banyak kritik karena dianggap tidak terlalu sesuai dengan sejarah yang sebenarnya.
Dilansir dari laman Variety, Jumat (11/7), publik menganggap ada ketidakakuratan historis dan geografis yang mencolok dalam klip berdurasi pendek tersebut. Kisah asli Mulan berasal dari sebuah balada tentang seorang gadis yang lahir di Cina utara selama periode dinasti Utara dan Selatan, sekitar abad ke-5 M. Periode waktu dan lokasi adalah kunci cerita. Perjalanannya dimulai karena ia dipaksa wajib militer untuk melawan penjajah yang mengancam perbatasan utara.
Namun, trailer Disney menunjukkan Mulan tinggal di rumah bundar "tulou", sebuah struktur hidup komunal tradisional orang-orang Hakka yang unik di pesisir, provinsi Fujian selatan yang menyebar luas di dinasti Ming yang jauh lebih dari seribu tahun kemudian.
"Disney tidak boleh gegabah dan hanya berpikir bahwa karena tulou itu cantik, mereka bisa membuat Mulan hidup di sana. Dia bukan orang Fujian!" tulis seorang warganet.
Ada pula yang bertanya-tanya bagaimana Mulan bisa berhasil ke utara untuk melawan orang Hun. "Saya kira Mulan ini harus naik kereta bawah tanah untuk bergabung dengan tentara?" tulis warganet lainnya.
Film dianggap hanya mencoba untuk mengambil hati penonton Barat. Sehingga tokoh-tokohnya saja yang tampaknya harus oriental.
"Kekacauan pencampuran unsur-unsur Oriental yang tidak terkait ini benar-benar tidak menghormati budaya dan penonton non-Barat," kata seorang mahasiswa PhD.
Di tengah kritik serius tersebut, masih banyak warganet yang tetap memuji film. Di media sosial, tagar Hua Mulan telah dilihat 1,5 miliar kali dan tagar Mulan Trailer dilihat sebanyak 1,2 miliar kali, hanya dua hari setelah rilis. "Saya menonton ini berulang kali selama satu jam," tulis seorang pengguna. Ketika filmnya keluar, aku akan membuat box office meledak!" tulis seorang warganet.
Ikuti Whatsapp Channel Republika