REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi (UPK PBB) Setu Babakan meningkatkan jumlah pertunjukan khas Betawi pada 2019 dibandingkan jumlah yang ada pada 2018. Peningkatan jumlah pertunjukan ini terlihat dari banyaknya jumlah penampil yang terlibat.
"Pada 2019 ini kami mengadakan pertunjukan sejumlah jenis kesenian khas Betawi dari sekitar 160 penampil, baik seniman perorangan maupun kelompok. Sementara pada 2018 lalu jumlahnya hanya 98 penampil saja," kata Kepala Satuan Pelaksana Layanan dan Informasi UPK PBB Setu Babakan, Bayu Permana di Jakarta, Selasa (23/7).
Hingga Juli 2019 ini, lanjut dia, jumlah penampil yang telah pentas sekitar 50 persen dan sisanya akan secara bergiliran tampil reguler setiap hari Ahad dan hari libur nasional. "Selain waktu yang telah ditentukan itu, wisatawan dapat memesan pementasan kesenian dalam paket kunjungan wisata yang dilakukan secara rombongan pada hari sesuai pesanan," kata Bayu.
Menurut dia, langkah meningkatkan jumlah penampil tersebut bertujuan untuk menarik minat orang berkunjung di kawasan budaya ini.
Sebelumnya, Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi (UPK PBB) Setu Babakan menargetkan jumlah pengunjung di kawasan yang mereka kelola mencapai 400 ribu orang setiap tahun. "Dengan semakin tinggi minat masyarakat, diharapkan dapat meningkatkan angka kunjungan wisatawan di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ini," kata Bayu.
Untuk jenis kesenian tradisional Betawi yang ditampilkan, kata Bayu, ada beraneka ragam, dari yang familiar bagi masyarakat Indonesia, seperti Ondel-ondel, Lenong, dan Gambang Kromong, hingga kesenian-kesenian tradisional Betawi yang kurang dikenal masyarakat. "Beberapa di antaranya ada Topeng Blantek, Lenong Denes, Wayang Kulit Betawi, Wayang Orang Betawi, dan Wayang Golek Betawi," kata dia.
Bayu meyakini banyak di antara masyarakat Indonesia, khususnya di Jakarta, belum mengetahui ada wayang kulit maupun wayang orang dengan cerita Mahabarata dan Ramayana yang biasa tapi dibawakan dengan Bahasa Melayu gaya Betawi. "Uniknya lagi gamelannya menggunakan gamelan Sunda. Jadi wayangnya Jawa, musiknya Sunda, dan bahasanya Betawi," kata dia.
Tak hanya untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisata, Bayu berharap dengan banyaknya kesenian Betawi langka yang ditampilkan di Setu Babakan ini dapat menambah wawasan masyarakat tentang khazanah budaya Indonesia yang sangat kaya. "Tentunya juga untuk melestarikan kebudayaan-kebudayaan Betawi itu agar tidak punah," kata Bayu Permana.