Kamis 25 Jul 2019 23:41 WIB

Ribuan Bangunan Terdampak Gempa Ciamis 2017 Belum Diperbaiki

BPBD Ciamis mencatat sekitar 5.000 bangunan rusak terdampak gempa pada 2017.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Andri Saubani
Dinding rumah milik warga Desa Kertahayu, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis, roboh pada Kamis (18/7) sore. Rumah itu merupakan salah satu bangunan terdampak gempa bumi yang mengguncang selatan Jawa pada 2017 dan belum mendapatkan bantuan.
Foto: dok. Tagana Kabupaten Ciamis
Dinding rumah milik warga Desa Kertahayu, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis, roboh pada Kamis (18/7) sore. Rumah itu merupakan salah satu bangunan terdampak gempa bumi yang mengguncang selatan Jawa pada 2017 dan belum mendapatkan bantuan.

REPUBLIKA.CO.ID, CIAMIS -- Badang Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ciamis mencatat sekitar 5.000 bangunan rusak terdampak gempa yang melanda wilayah itu pada 2017. Namun, hingga Juli 2019 sama sekali belum ada bantuan untuk perbaikan bangunan tersebut.

Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Kabupaten Ciamis Ahmad Sutarjah mengatakan, gempa yang terjadi pada Desember 2017 itu meluluhlantahkan hampir seluruh wilayah Ciamis. Lokasi terparah yang terdampak gempa di antaranya Kecamatan Pamarican, Purwadadi, Manjaranyar, dan Banjarsari.

"Pamarican paling parah," kata dia saat ditemui Republika di kantornya, Kamis (25/7).

Berdasarkan data BPBD yang diverifikasi pada pertengahan 2018, sebanyak 312 rumah mengalami rusak berat, 1.412 rusak sedang, dan 3.999 rusak ringan. Selain itu, sejumlah fasilitas umum seperti sarana pendidikan 48 unit rusak, satu fasilitas kesehatan, tujuh kantor desa, dan 101 sarana ibadah.

Menurut dia, BPBD telah mengajukan bantuan rekonstruksi kerusakan bangunan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Namun, BNPB hanya menyanggupi untuk rekonstruksi untuk rumah yang mengalami kerusakan berat.

"Tapi belum ada kejelasan sampai sekarang," kata dia.

Ahmad mengatakan, bantuan itu sebenarnya akan turun pada 2018. Namun, kejadian bencana di Lombok dan Palu membuat anggaran dari BNPB dialihkan untuk masa tanggap darurat terlebih dahulu di dua lokasi itu.

Menurut dia, pihaknya akan langsung mendatangi BNPB pada pekan depan untuk meminta kejelasan terkait penanganan rumah yang mengalami rusak berat. Pasalnya, masyarakat juga telah mendesak BPBD untuk segera memberi bantuan untuk rekonstruksi.

"Biar jelas sampai di mana ini prosesnya. Kalau kita juga nggak bisa apa-apa," kata dia.

Sementara untuk rumah yang mengalami kerusakan sedang, Ahmad mengatakan, BPBD telah mengajukan bantuan ke Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Sedangkan untuk rumah rusak ringan, akan ditanggung APBD Pemerintah Kabupaten Ciamis.

Menurut dia, Gubernur dan Bupati juga telah menegaskan akan membantu penanganan rekonstruksi. Namun, realisasinya belum juga terlaksana.

"Setelah laporan ke Bupati, ke Gubernur. Tapi belum ada yang turun," kata dia.

Ia menambahkan, untuk perbaikan fasilitas umum yang mengalami kerusakan umumnya ditanggung oleh dinas dan instansi terkait. Pasalnya, tak mungkin BPBD harus menanggung seluruh perbaikan bangunan rusak.

Menurut Ahmad, BPBD Ciamis memang memiliki anggaran untuk rehabilitasi dan rekonstruksi. Namun jumlahnya terbatas hanya untuk bantuan sosial. "Misalnya kebakaran, longsor kecil, kita bantu. Bantuannya pun hanya Rp 5 juta per rumah. Untuk bencana besar seperti itu (gempa) tidak ada," kata dia.

Ia mengatakan, sejumlah rumah memang sudah direkonstruksi secara mandiri oleh pemiliknya. Namun, masih terdapat rumah yang belum diperbaiki. BPBD juga kesulitan untuk mendata rumah yang masih memerlukan bantuan, lantaran kejadian bencana sudah terjadi lama.

Meski begitu, ia optimistis, pemerintah memiliki itikad baik untuk membantu rekonstruksi rumah terdampak gempa yang belum diperbaiki. "Membantu saat tanggap darurat juga sudah ada. Tapi kan untuk mengatasi semua itu susah," kata dia.

Sebelumnya, dua unit rumah roboh di dua lokasi berbeda di Kecamatan Pamarican. Taruna Siaga Bencana (Tagana) menduga, rumah itu roboh akibat lapuk dan rapuh. Kondisi itu diperparah dengan gempa pada 2017 dan tak ada bantuan hingga rumah itu roboh.

Relawan Tagana Kecamatan Pamarican Baehaki Efendi mengatakan, kejadian pertama menimpa rumah milik Suhendar, warga di Dusun Tamansari, RT 14/04 Desa Kertahayu, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, pada Kamis (18/7). Rumah itu roboh pada bagian dindingnya. Kerusakan dan material lapuk membuat dinding rumah yang menaungi lima orang anggota keluarga itu ambruk tiba-tiba tanpa ada kejadian.

Kejadian kedua, lanjut dia, sebuah rumah milik Iroh (67), warga Dusun Cilangkap, RT 07, RW 02, Desa Pasirnagara, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis, ambruk pada bagian tembok pada Senin (22/7). Ambruknya tembok rumah Iroh juga diduga akibat kerusakan dampak gempa 2017 yang tak kunjung diperbaiki.

"Tidak ada korban jiwa dalam dua kejadian tersebut. Namun kerugian ditaksir total mencapai Rp 50 juta," kata dia.

Ia menyebutkan, setidaknya ada 80 rumah rusak akibat gempa 2017 di satu desa di Kecamatan Pamarican. Sementara di seluruh Kecamatan Pamarican bisa mencapai ratusan. Namun, sebagian rumah masih ditempati oleh warga. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement