Jumat 26 Jul 2019 15:24 WIB

Cara Agar Indonesia Bisa Masuk Lima Besar Ekonomi Dunia

Untuk menjadi negara maju, Indonesia harus menjadi negara industri.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN) Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN) Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menilai, dibutuhkan peranan besar industri manufaktur untuk mencapai target Indonesia sebagai negara ekonomi terbesar kelima di dunia pada 2045. Kontribusi manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) diprediksi harus mencapai 26 persen.

Bambang menjelaskan, untuk menjadi negara maju, Indonesia harus menjadi negara industri. Pemerintah sudah melakukan untuk mencapainya termasuk melalui perbaikan alur aliran material, mendesain ulang zona industri hingga mengakomodir standar sustainability.

Baca Juga

"Menerapkan insentif investasi teknologi, mengoptimisasi aturan dan kebijakan juga dilakukan," tuturnya dalam rilis yang diterima Republika, Jumat (26/7).

Bambang menambahkan, strategi untuk mencapai target kontribusi besar industri manufaktur adalah modernisasi industri yang fokus pada industri pengolahan sumber daya alam berbasis kawasan. Upaya ini dilakukan seiring dengan penerapan smart and sustainable manufacturing untuk meningkatkan efisiensi industri nasional dan mendorong industri menjadi bagian dari Global Value Chain (GVC).

Tidak kalah penting, pemanfaatan Revolusi Industri 4.0 yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing industri. Melalui upaya ini, Bambang memproyeksikan, PDB akan naik sekitar satu hingga dua persen per tahun dari baseline 2018 hingga 2030.

Di sisi lain, akan tercipta lebih dari 10 juta tambahan lapangan pekerjaan tercipta pada 2030 dari kondisi saat ini. "Selain itu, sektor manufaktur akan menjadi kontributor terbesar. Kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB mencapai lebih dari 25 persen pada 2030," kata Bambang.

Transformasi Indonesia 4.0 juga akan mendorong transformasi bisnis manufaktur yang bersifat kolaboratif. Pertama, meningkatkan infrastruktur dengan mengembangkan TIK serta tata kelola dan keamanan. Kedua, meningkatkan nilai tambah dengan menitikberatkan pada peningkatkan kemudahan melakukan bisnis hingga kesejahteraan konsumen.

Ketiga, Bambang menyebutkan, meningkatkan kelembagaan dan masyarakat dengan memperhatikan peta jalan transformasi digital, harmonisasi peraturan dan kebijakan. Berikutnya, meningkatkan litbang dan inovasi dengan fokus pada infrastruktur Research, Design & Development (RD&D). Termasuk di dalamnya, laboratorium pengujian serta inovasi digital dan solusi untuk kualitas hidup yang lebih baik.

Dengan transformasi tersebut, Bambang menilai, Indonesia dapat menjadi salah satu kekuatan terbesar dalam industri makanan minuman di ASEAN. Selain itu, produsen functional clothing, eksportir kendaraan bermotor internal combustion engine (ICE) maupun electrified vehicle (EV). "Serta pemain industri biokimia," tuturnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement