REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Masuknya nama Gibran Rakabuming Raka dalam bursa calon Wali Kota Solo 2020-2025 mendapat sambutan positif dari berbagai partai politik. Putra bungsu Presiden Joko Widodo ini bahkan dinilai berpotensi untuk menjadi pesaing putra Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Pengamat politik Hendri Satrio mengatakan, kedua sosok muda tersebut sama-sama menjadi pemain baru dalam politik nasional jika Gibran bersedia mencalonkan diri menjadi wali kota. "Kalau benar akan terjun ke politik, Gibran sama AHY seimbang. Sama-sama baru mulai politik," kata Hendri saat dihubungi, Ahad (28/7).
Pendiri Lembaga Survei Kedai Kopi itu beralasan bahwa Gibran berhak mengisi jabatan publik sebagaimana warga negara yang lain. Termasuk adik Gibran, Kaesang Pangarep, juga mendapatkan hak yang sama. "Itulah indahnya demokrasi. Siapa pun bisa jadi kepala daerah asal dipilih oleh rakyat," ujarnya.
Di sisi lain, meski kedua putra Presiden Jokowi itu dianggap telah memiliki modal, pria yang akrab disapa Hensat tersebut menuturkan, Gibran dan Kaesang harus menunjukkan kepemimpinannya kepada masyarakat sehingga sang anak tidak hanya bertumpu pada popularitas ayahnya.
"Yang paling penting dalam demokrasi itu dukungan dari masyarakat," ujarnya.
Dalam survei bursa calon Wali Kota Surakarta 2020-2025, Laboratorium Kebijakan Publik Universitas Slamet Riyadi (Unisri), Surakarta, memunculkan empat nama. Dalam survei tersebut, Gibran Rakabuming Raka menjadi sosok dengan popularitas tertinggi untuk menjadi Wali Kota Surakarta 2020-2025.
Kemudian, sosok selanjutnya adalah Achmad Purnomo (wakil wali kota saat ini). Di urutan ketiga muncul nama Kaesang Pengarep. Lalu, Teguh Prakosa (Ketua DPRD Surakarta) menyusul di urutan selanjutnya.
Munculnya kedua putra Jokowi ini mendapat sambutan positif dari sang ayah. Presiden Jokowi mempersilakan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, masuk bursa calon Wali Kota Surakarta.
"Silakan. Saya demokratis. Yang penting di setiap jabatan atau karier apa pun harus tanggung jawab," kata Jokowi saat bersama keluarganya menikmati kuliner Warung Makan Ayam Goreng Mbah Karto Tembel, Jalan Jaksa Agung Raya Suprapto, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Ahad.
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Nasir Djamil menilai siapa pun berhak untuk terjun ke dunia politik dan maju sebagai kandidat kepala daerah. Asalkan, kata dia, orang tersebut telah memenuhi syarat administratif dan politik. “Menurut saya, siapa pun berhak untuk maju sebagai kandidat kepala daerah, asalkan memenuhi syarat administratif dan politik,” kata Nasir saat dikonfirmasi //Republika//, Ahad (28/7).
Di Indonesia, menurut Nasir, masih kental dengan politik dinasti, terutama di daerah-daerah. Karena itu dia menilai wajar jika hal ini pun terjadi pada masyarakat Solo. “Apalagi, di Indonesia, politik dinasti juga hingga kini masih terjadi di sejumlah daerah,” katanya.
Sementara itu, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Demokrat siap memberikan dukungannya jika kedua putra Jokowi memasuki dunia politik. “Tentu kami dengan senang hati akan mendukung, apalagi itu aspirasi masyarakat Solo,” kata Wasekjen PKB Daniel Johan.
Yang penting, ungkapnya, apabila putra Jokowi tersebut serius maju dan terpilih menjadi Wali Kota Solo nanti, ada tiga pesan PKB. Ketiganya adalah memajukan kualitas pendidikan Solo termasuk pesantren, peningkatan ekonomi rakyat, dan mengembangkan budaya Solo.
“Yang penting titip bisa memajukan Kota Solo terutama dalam peningkatan kualitas pendidikan termasuk pesantren, peningkatan ekonomi rakyat, dan agar perkembangan budaya di Solo semakin maju sebagaimana fokus Cak Imin saat ini,” ujarnya.
Partai Demokrat juga siap mendukung Gibran dan Kaesang dalam pilwakot Solo. Politkus Demoktrat Ferdinand juga menepis jika pihaknya khawatir kemunculan dua putra presiden di dunia politik bakal menandingi putra SBY, yaitu AHY. Pasalnya, menurut dia, tidak ada kompetisi antara AHY dan putra Jokowi, demikian juga sebaliknya.
"Tapi, yang ada Demokrat siap dan senang mendukung putra Jokowi di Pilkada Solo," kata Ferdinand menegaskan.
(riza wahyu pratama/antara ed: agus raharjo)