REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bau pesing, bau sampah, hingga bau asap jalanan menjadi hal yang sangat lumrah tercium di bawah flyover Pasar Ciputat. Tumpukan sampah yang tidak terangkut hingga lalat yang beterbangan seolah menjadi pemandangan yang biasa dan wajar. Pemilik-pemilik ruko, preman, supir angkot, tukang ojek, hingga pengunjung pasar yang berlalu lalang di Pasar Ciputat ini seolah telah akrab dengan pemandangan dan bau-bau tersebut.
Tapi itu dulu. Sejak penggemar musisi Iwan Fals atau OI Tangsel mulai menggalakkan penghijauan dan komunitas mengajar FISIP UIN mensosialisasikan kegiatan taman baca, perlahan tumpukan sampah dan bau pesing mulai menghilang. Serta tidak lagi ditemukan botol-botol kosong yang biasanya tergeletak ditinggalkan pemiliknya.
Kolong flyover Ciputat kini berubah menjadi tempat yang ramah anak. Bukan lagi botol-botol bergelimpangan atau tumpukan sampah dan lalat, tapi yang terlihat adalah rumput-rumput sintetis, buku-buku bacaan, dan sejumlah alat bermain seperti perosotan hingga lapangan futsal.
Komunitas OI Tangsel dan FISIP mengajar inilah yang menyulap tempat tersebut menjadi Taman Baca Masyarakat (TBM) Kolong pada 2016.
"Awalnya itu di sini, kolong Ciputat ini dipandang negatif oleh masyarakat. Enggak hanya pembuangan sampahnya tapi tindakan asusila, kekerasan, tempat singgah anak pank. Jadi banyak yang beranggapan negatif ketika ruang ini belum dimaksimalkan," kata Devina Febrianti, salah satu pengelola TBM Kolong saat ditemui Republika.co.id di lokasi, Ciputat, Tangerang Selatan, Sabtu (27/7).
Memang tidak mudah ungkapnya, untuk membujuk dan meyakinkan para penghuni kolong sebelumnya. Lebih sulit lagi meyakinkan para orang tua agar membolehkan anak-anaknya belajar di TBM Kolong. Tapi berkat keteguhan dan komitmen yang dibangun bersama kata dia, akhirnya Taman Baca Masyarakat Kolong terbentuk pada 4 Juni 2016.
"Sekarang malah bukan saja anak-anak tapi juga para orangtua yang mengantarnya seringkali ikut terlibat, jadi kami juga manfaatkan dengan menghadirkan kegiatan parenting dan ekonomi kreatif buat para mamah-mamah ini," kata Devina.
Dulu, Devina mulai mengenang. Ketika pemateri dongeng telah datang, tapi TBM Kolong masih nampak kosong. Devina dan teman-temannya lantas harus berburu anak-anak terlebih dahulu. Bahkan sampai harus mengunjungi rumah-rumah warga dan mengajak anak-anak untuk bergabung dan mendengarkan dongeng.
“Ya paling satu dua anak yang mau datang, tapi itu terus kami lakukan dengan konsisten dan komitmen. Kami juga melakukan pendekatan dengan anak-anak, dengan para mama-mamanya juga,” kata Devina.
Setelah hampir satu tahun, lanjut dia, barulah masyarakat hingga para pemilik ruko-ruko pasar Ciputat ini dapat melihat dan merasakan kehadiran TBM Kolong. Bahwa kegiatan yang selalu dijadwalkan setiap minggunya terus berlangsung meskipun dengan segelintir anak.
“Dikira ini tuh hanya kegiatan biasa saja, ternyata banyak juga yang ngeliat kita dari kejauhan misalnya pedagang kios-kios toko itu, baru tahu setelah kegiatan kita selama satu tahun. Oh, minggu ini ada kegiatan, oh ada kegiatan lagi minggu depannya. Jadi kegiatan kita inovatifkan, engga pernah sama setiap minggunya, setiap bulannya, jadi anak-anak juga surprise,” ungkap Devina.
Puncaknya, tambah mahasiswa yang baru saja menyelesaikan sidang S1 nya ini, adalah ketika ia bersama teman-temannya mengadakan hari Kartini 2017. Di taman itu, siapapun anak-anak yang ada di sekitar pasar Ciputat dibolehkan untuk datang bergabung dan menari bersama.
“Puncaknya pada peringatan hari Kartini. Di situ anak-anak semuanya, siapapun bisa nari, bisa naik ke atas panggung, dari situ respon orangtua itu baik,” kata dia.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Tangerang Selatan, Dadang Raharja mengatakan TBM Kolong merupakan salah satu dari banyaknya TBM yang telah berdiri di Tangerang Selatan. TBM ini kata dia, merupakan bentuk kepedulian anak-anak muda maupun para pekerja yang rela menyisikan waktunya karena terpanggil mengembangkan budaya membaca kepada anak-anak di sekitar atau kepada anak-anak yang kesulitan mendapat akses pendidikan.
“Pemerintah Daerah sangat mendukung adanya taman bacaan masyarakat (TBM) di Kota Tangerang Selatan, terbukti sudah ada 85 TBM yang telah berdiri,” kata Dadang.
pemerintah daerah pun ujarnya turut melakukan pembinaan kepada 85 TBM. Pembinaan yang dilakukan dalam rangka memberikan motivasi kepada para pengelola agar semangat mereka dalam menghidupkan TBM terus terjaga.
“Karena TBM ini sifatnya sosial, jadi bagaimana kita dari pemerintah daerah ini mensuport meteka agar mereka mempunyai rasa memiliki dan rasa ingin mengembangkan minat baca anak-anak. Kita mendorong ke arah sana,” kata Dadang.
Selain itu juga dukungan yang diberikan tentunya dalam bentuk penataan dan pengelolaan buku-buku bahan bacaan yang disediakan untuk anak-anak. Buku-buku tersebut harus diklasifikasikan karena buku-buku yang disediakan bervariasi, mulai dari buku dongeng, diksi, sejarah, legenda dan sebagainya.
“Kami juga memiliki jadwal setiap harinya, jadi staf saya akan berkeliling misalnya hari ini ke TBM Kolong, besok ke TBM A, besoknya lagi ke TBM B, itu sudah ada jadwalnya,” kata Dadang.
TBM Kolong yang berlokasi di bawah Flyover Ciputat ini tambah Dadang, merupakan TBM yang paling aktif bahkan jadwalnya bersama anak-anak hampir setiap hari. Padahal sebelum hadirnya TBM, lokasi tersebut terkenal kumuh dan banyak aksi premanisme.
“Padahal tadinya itu kumuh, lalu kita tata,” kata Dadang.