Rabu 31 Jul 2019 13:41 WIB

Bus Meledak Akibat Bom Pinggir Jalan di Afghanistan

Sebanyak 32 orang meninggal akibat ledakan bus yang disebabkan bom pinggir jalan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Serangan bom di Afghanistan (ilustrasi).
Foto: Reuters
Serangan bom di Afghanistan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Sebuah bus yang melaju antara kota Herat dan Kandarah, Afghanistan meledak oleh bom pinggir jalan. Pemerintah Provinsi Farah mengatakan ada sebanyak 32 orang yang meninggal dalam serangan tersebut. 

Juru bicara kepolisian Farah Mohibullah Mohib mengatakan selain korban meninggal, serangan yang terjadi pada Rabu (31/7) ini melukai 15 orang lainnya. Sebagian besar di antara mereka dalam kondisi kritis.  

Baca Juga

Bus tersebut sedang melaju di jalan tol antara sebelah barat kota Herat dan selatan kota Kandahar. Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. 

Namun, Taliban beroperasi di daerah tersebut dan kerap menggunakan bom pinggir jalan untuk menyerang pejabat pemerintah dan pasukan keamanan. Taliban tetap melancarkan serangan walaupun sudah menggelar lusinan perundingan perdamaian dengan Amerika Serikat (AS) untuk mengakhiri perang selama 18 tahun di negara tersebut. 

Pada awal bulan Juli ini, salah satu pejabat AS mengatakan AS dan Taliban semakin dekat menuju kesepakatan yang diharapkan dapat membuat AS menarik pasukan mereka. Dengan syarat Taliban tidak menggunakan Afghanistan sebagai markas para teroris. 

Walaupun perjanjian damai dapat membuat AS mengakhiri perang terpanjang mereka. Tapi tidak ada jaminan pasukan pemerintah Afghanistan yang didukung AS dapat berdamai dengan Taliban. Taliban selalu menolak untuk bernegosiasi dengan pemerintah Afghanistan yang mereka anggap sebagai boneka AS. 

Namun, rekonsiliasi semakin dimungkinkan setelah perwakilan 60 warga sipil Afghanistan bertemu dengan Taliban dalam sebuah pertemuan selama dua hari di Qatar. 

Kedua belah pihak mengeluarkan pernyataan bersama. Mereka mengatakan kedua belah pihak sepakat untuk 'berkomitmen untuk menghargai dan melindungi marbat rakyat, nyawa dan properti mereka dan untuk meminimalisir korban jiwa sampai nol'.

Pernyataan tersebut dirilis beberapa hari setelah anggota Taliban meledakkan bom mobil di dekat kompleks departemen pertahanan Afghanistan di Ghazni. Ledakan tersebut menewaskan 14 orang dan melukai lebih dari 100 lainnya, termasuk beberapa anak yang bersekolah di dekat lokasi kejadian.   

Dalam pertemuan di Qatar perwakilan warga sipil Afghanistan dan Taliban berjanji menjamin keamanan di institusi publik seperti sekolah, rumah sakit dan pasar. Menurut PBB selama tahun 2018 perang di Afghanistan menelan korban jiwa sebanyak 3.804 orang termasuk lebih dari 900 anak-anak dan melukai 7.000 orang lainnya. 

Tahun 2018 menjadi tahun paling mematikan untuk warga sipil sepanjang perang yang dimulai pada tahun 2001 itu. Sementara, Taliban menguasai semakin banyak wilayah. 

sumber : AP
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement