REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Kabinet Keamanan Israel telah membahas rencana menyetujui pembangunan 6.000 unit rumah di Area C, Tepi Barat. Hal itu dilaporkan media Israel, Haaretz, pada Selasa (30/7).
Haaretz, mengutip sejumlah sumber yang mengetahui hal tersebut mengatakan rencana pembangunan ribuan rumah itu diprakarsai Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Seorang sumber menyebut inisiatif itu juga termasuk membangun 700 unit rumah untuk warga Palestina.
Kendati demikian, Ketua Dewan Regional Mateh Binyamin Israel Gantz dan Ketua Dewan Regional Samaria Yossi Dagan mengkhawatirkan rencana pembangunan rumah untuk warga Palestina. “Karena Otoritas Palestina secara aktif melakukan pengambilalihan ilegal Area C. Kami berharap laporan ini tidak akurat,” ujar keduanya dalam pernyataan bersama, dikutip laman Middle East Monitor.
“Satu-satunya tempat untuk proyek konstruksi skala besar yang melayani sektor Arab di Yudea dan Samaria (Tepi Barat) adalah area di bawah yurisdiksi Otoritas Palestina,” kata Gantz dan Dagan.
Berdasarkan Perjanjian Oslo yang disepakati pada 1995, Tepi Barat yang diduduki memang dipecah menjadi tiga area, yakni Area A, B, dan C. Area A adalah wilayah yang sepenuhnya berada di bawah kekuasaan Palestina.
Kemudian Area B merupakan wilayah yang dikendalikan Otoritas Palestina, namun sektor keamanannya dikontrol Israel. Sedangkan Area C adalah wilayah yang sepenuhnya dikuasai Israel.
Namun, pembagian wilayah itu dianggap tak adil. Area C merupakan wilayah pertanian dan sumber air utama Tepi Barat. Karena berada di bawah kekuasaan Israel, warga Palestina memiliki keterbatasan akses terhadap area tersebut.
Kendati telah dipecah, Israel masih melaksanakan proyek pembangunan permukiman ilegal di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur. Saat ini, permukiman tersebut telah dihuni ratusan ribu warga Israel.
Netanyahu bersumpah tidak akan membongkar permukiman Yahudi yang telah dibangun di Tepi Barat. “Kami tidak akan mengizinkan pembongkaran permukiman apa pun dalam rencana perdamaian apa pun,” ujar Netanyahu pada 10 Juli lalu.
Netanyahu menjamin mereka yang tinggal di permukiman Yahudi terpencil di Tepi Barat akan tetap dilindungi. “Saya tidak membuat perbedaan antara blok permukiman dan situs permukiman terisolasi. Setiap tempat seperti itu adalah milik Israel dari sudut pandang saya,” kata dia.