REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan memperluas pelayanan untuk hemodialisis (penderita gagal ginjal memerlukan cuci darah). Kerja sama ini, ditandai dengan telah bekerja samanya penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) tersebut dengan Hemolife Klinik Hemodalisa untuk melayani pasien di wilayah Bandung.
Peresmian kerja sama dilakukan di klinik tersebut yang beralamat di Jalan A H Nasution Kota Bandung, Rabu (31/7). Menurut Kepala BPJS Kesehatan Cabang Bandung M Cucu Zakaria, kerja sama terkait pelayanan hemodialisis ini merupakan yang kedua di wilayah Bandung Raya. Perluasan layanan ini, sangat diperlukan karena jumlah penderita hemodialisis yang jumlahnya terus bertambah.
Berdasarkan informasi yang diperolehnya, kata dia, jumlah warga yang harus rutin melakukan cuci darah terus meningkat hingga 18 ribu setiap tahunnya. Terlebih, banyak penderita hemodialisis yang berasal dari kalangan kurang mampu.
"Cuci darah kalau enggak dibiayai BPJS, saya pernah dapat informasi sekitar Rp800 ribu sampai Rp1,5 juta sekali cuci darah. Tergantung rumah sakitnya," ujar Cucu kepada wartawan.
Cucu mengatakan, mulai 1 Agustus ini penderita hemodialisis yang mendapatkan layanan JKN bisa berobat di klinik tersebut. Pelayanan yang diberikan pun dipastikan sama dengan pasien jalur mandiri. "Mekanismenya juga sama," katanya.
Meski dipastikan akan menyedot biaya yang besar, Cucu memastikan hal ini bukan persoalan bagi BPJS Kesehatan. "Tujuan kita agar semakin banyak pelayanan kesehatan yang bisa diberikan," katanya.
Dengan hadirnya pelayanan BPJS Kesehatan di Hemolife Klinik Hemodialisa, Cucu berharap akan memudahkan warga Bandung khususnya di wilayah timur yang memerlukan layanan cuci darah. "Kalau melihat keterbatasan, orang-orang yang memerlukan jangan harus (cuci darah) ke (rumah sakit) kota. Apalagi Bandung kan macet," katanya.
Sementara Direktur Utama Hemolife Klinik Hemodialisa Suriyanto, merasa bersyukur bisa bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Melalui kerja sama ini, ia berharap akan semakin banyak penderita hemodialisis yang bisa terlayani.
Saat ini, kata dia, pihaknya memiliki lima mesin pencuci darah yang siap digunakan setiap hari. Dengan jumlah tersebut, dalam setiap pekan diprediksi mampu melayani hingga 15 pasien.
"Itu kalau satu shift. Kita siap melayani dua shift, sesuai permintaan, jadi sekitar 30 pasien per minggu," katanya.
Untuk penderita yang ingin berobat, kata dia, pihaknya menerapkan mekanisme yang sama yakni harus memiliki rujukan. "Kita mengikuti prosedur yang ditetapkan JKN. Pasien harus mendapat rujukan. Kecuali yang mendadak, emergensi, bisa tanpa rujukan," katanya.
Suriyanto mengaku tidak khawatir adanya persoalan dalam pembayaran dari BPJS Kesehatan. Meski setiap tahunnya selalu defisit, tapi menilai positif kinerja penyelenggara JKN tersebut.
"Peran BPJS sangat luar biasa dalam berkontribusi untuk kesehatan masyarakat. Kalau ada keterlambatan, saya rasa wajar," katanya.