Selasa 06 Aug 2019 10:37 WIB

Pemerintah Berharap Berkah Berlipat dari Kerja Sama RI-Cile

Cile menjadi hub perdagangan di kawasan Amerika Latin.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Ekspor-impor (ilustrasi)
Ekspor-impor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) optimistis mendapat berkah berlipat dari adanya kerja sama Indonesia-Cile Comprehensive Economic Partnership Agreement (IC-CEPA). Selain mendapatkan fasilitas pembebasan bea masuk atas ekspor produk kesana, Indonesia berharap Cile jadi pintu masuk produk Indonesia ke kawasan Amerika Latin.

Harapan itu berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Kemendag. Secara populasi, Cile hanya memiliki sekitar 20 juta penduduk. Angka yang kecil untuk sebuah pasar bagi Indonesia. Namun, secara geografis, Cile menjadi hub perdagangan di kawasan Amerika Latin.

Baca Juga

"Cile berpapasan langsung dengan Bolivia, Peru, Argentina. Kita manfaatkan Cile karena punya perjanjian dagang dengan tiga negara itu," kata Direktur Perundingan Bilateral, Kementerian Perdagangan, Ni Made Ayu Marthini kepada wartawan di kantornya, kemarin.

Ayu mengatakan, Cile menerapkan perdagangan terbuka sehingga produk-produk yang dijual disana dapat tersebar negara-negara sekitarnya. Ini menjadi salah satu poin penting dari kajian profit adanya perjanjian dagang komprehensif kedua negara dari sisi Indonesia.

Sejak tahun 2003, Cile membuat terobosan penting di bidang perdagangan dengan menerapkan tarif bea masuk sebesar 6 persen terhadap seluruh mitra dagangnya. Kebijakan itu disebut Most Favoured Nation (MFN) yang merupakan prinsip perdagangan yang menekankan perlakuan sama untuk semua negara anggota WTO.

Cile saat ini juga bertransformasi menjadi negara dengan PDB per kapita paling tinggi di Amerika Latin. Tahun 2006, Cile resmi menjadi anggota ke-31 dalam Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). "Cile menempati peringkat teratas di antara negara-negara Amerika Latin lainnya," kata Ayu.

Ayu menambahkan, pemerintah optimistis perdagangan dengan Cile bakal berdampak positif pada kinerja ekspor Indonesia. Berkaca dari pengalaman Vietnam dan Malaysia yang lebih dulu memiliki perjanjian dagang dengan Cile, kedua negara itu mengalami peningkatan nilai ekspor masing-masing 100 persen dan 25 persen dalam waktu lima tahun.

Dari sisi aksesibilitas, Cile saat ini memiliki pelabuhan skala internasional dari tersebar dari utara hingga selatan. Pelabuhan-pelabuhan itu menghubungkan seluruh wilayahnya seperti San Antonio, Iquique, Punta Arenas, Valparaiso, hingga Afrika. Khusus Pelabuhan Iquique dan Punta Arenas bahkan dilengkapi dengan fasilitas free economic zone.

"Pertimbangan terakhir dan juga penting adalah Cile stabil secara politik, ekonomi, dan keamanan. Sebagaimana diketahui, sejak 2016 beberapa negara Amerika Latin mengalami krisis ekonomi," ujar Ayu.

Sepanjang bulan Januari hingga Mei 2019, ekspor Indonesia ke Cile mencapai 61,6 juta dolar AS sedangkan impor 62,5 juta dolar AS. Posisi itu membuat neraca perdagangan Indonesia-Cile defisit. Adapun total nilai ekspor Indonesia ke Cile tahun 2017 sebesar Rp 159 kita dolar AS.

Lewat IC-CEPA, dalam lima tahun mendatang, tepatnya tahun 2024, nilai ekspor diproyeksikan naik 65 persen menjadi 263 juta dolar AS. Kenaikan itu, salah satunya didorong dari adanya manfaat pembebasan bea masuk serta Cile yang menjadi hub perdagangan.

Selain dianggap memberi dampak positif pada ekspor nasional, industri domestik dapat memanfaatkan bahan baku dari Cile dengan harga yang lebih murah. Hal ini sekaligus menjadi keuntungan bagi Cile karena bisa memperbesar nilai ekspornya ke Indonesia dalam jangka menengah.

"Itulah mengapa kerja sama komprehensi ini dibutuhkan. Artinya kita saling menguntungkan," ujar dia.

Secara umum, produk-produk asal Indonesia yang mendapatkan pembebasan bea masuk dari Cile yakni produk pertanian seperti sawit, teh, kopi, pisang, dan brokoli.

Selain itu, ada juga produk perikanan seperti ikan tuna, lobster, udang, kepiting, dan ubur-ubur. Tak hanya ekspor komoditas, Indonesia juga mengekspor alas kaki, ban, tekstil, perhiasan, dan peralatan militer. Berbagai produk itu diyakini akan terus meningkat ekspornya ke Cile seiring disepakatinya perjanjian. 

Produk-produk itu, kata Ayu, akan mendapatkan pembebasan bea masuk hingga 0 persen secara bertahap dalam waktu tujuh tahun mendatang. Begitu pun Indonesia akan bertahap membebaskan bea masuk produk Cile dalam kurun waktu yang sama.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement