Selasa 06 Aug 2019 12:59 WIB

Mbah Moen Ingin Meninggal di Tanah Suci

Yenny Wahid mengenang keinginan Mbah Moen bertemu Allah di Tanah Suci.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Indira Rezkisari
Jenazah KH Maimoen Zubair tiba di Kantor Urusan Haji Indonesia Makkah, Selasa (6/8). Jenazah akan dishalatkan terlebih dahulu di Kantor Urusan Haji Indonesia Makkah sebelum dibawa ke Masjid Al Haram untuk dishalatkan lagi di sana.
Foto: Republika/M Hafil
Jenazah KH Maimoen Zubair tiba di Kantor Urusan Haji Indonesia Makkah, Selasa (6/8). Jenazah akan dishalatkan terlebih dahulu di Kantor Urusan Haji Indonesia Makkah sebelum dibawa ke Masjid Al Haram untuk dishalatkan lagi di sana.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Zannuba Ariffah Chafsoh alias Yenny Wahid mengaku berduka sekaligus gembira atas kepergian KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen. Dia mengatakan, lokasi wafatnya kiai kharismatik itu sesuai dengan keinginannya semasa hidup.

"Kami semua sangat berduka atas berpulangnya Mbah Moen ke Rahmatullah. Namun di sisi lain kami juga gembira bahwa keinginan Mbah Moen untuk wafat di Tanah Suci dikabulkan oleh Allah," kata Yenny Wahid di Jakarta, Selasa (6/8).

Baca Juga

Putri almarhum presiden keempat RI, Abdurahman Wahid atau Gus Dur ini mengatakan, Mbah Moen merupakan sosok panutan yang menjadi tauladan bagi masyarakat Indonesia. Menurutnya, Mbah Moen memiliki ilmu yang begitu dalam serta berakhlak lembut dengan ingatan yang sangat tajam.

Di saat yang bersamaan, dia melanjutkan, Ketua Majlis Syariah PPP itu juga sosok yang sangat tawadhu dan rendah hati. Dia mengatakan, masyarakat Muslim Indonesia tentu akan sangat berduka dengan wafatnya Mbah Moen.

"Semoga Allah menerima beliau di sisi-Nya. Amin," kata Yenny lagi.

Mbah Moen mengembuskan napas terakhirnya di usia 90 tahun pada saat subuh waktu Makkah. Almarhum ulama kelahiran 28 Oktober 1928. Mbah Moen rencananya akan dimakamkan di kompleks pemakaman Ma’la, Makkah.

Mbah Moen merupakan seorang ulama dan politikus. Dia merupakan pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang. Politik dalam diri Mbah Moen bukan tentang kepentingan sesaat, akan tetapi sebagai kontribusi untuk mendialogkan Islam dan kebangsaan.

Mbah Moen juga merupakan seorang alim, fakih sekaligus muharrik (penggerak) yang  menjadi rujukan ulama Indonesia dalam bidang fikih. Mbah Moen merupakan kawan dekat dari almarhum Rais Aam PBNU Kiai Sahal Mahfudh, yang sama-sama santri kelana di pesantren-pesantren Jawa, sekaligus mendalami ilmu di tanah Hijaz.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement