REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengakui upaya untuk membumikan nilai-nilai Pancasila tidak bisa memakai cara-cara lama sebagaimana era Orde Baru. Dulu Orba menanamkan Pancasila lewat indoktrinasi.
"Orde Baru dulu kan sistemnya berbeda, ya. Untuk membumikannya itu dengan cara-cara pendidikan yang formal, dengan cara indoktrinasi," katanya, di Jakarta, Selasa (6/8).
Menurut Wiranto, sekarang kondisinya sudah berbeda, baik masyarakatnya, generasi mudanya maupun lingkungannya. Sistem informasi juga kian canggih. Konsekuensi kecanggihan sistem informasi, kata Wiranto, membuat banyak tawaran ideologi-ideologi lain yang mencoba masuk ke Indonesia.
"Ini juga harus menjadi tugas berat kita untuk bisa membendung ideologi lain, kemudian memperkuat Pancasila sebagai ideologi negara yang dipahami dan dilaksanakan masyarakat," tuturnya usai beraudiensi dengan jajaran Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Kantor Kemenko Polhukam.
Persoalan tersebut, kata dia, menjadi salah satu yang dibicarakan dengan BPIP. Intinya, menurut Wiranto, perlu kerja keras mengembalikan Pancasila menjadi satu ideologi bagi bangsa Indonesia dalam perilaku sehari-hari dan dalam konsep-konsep kerja masyarakat.
"Saya tadi menyarankan supaya kita mencontoh 'total football', ya. Jadi, semua kementerian, lembaga, supaya bersama-sama melakukan sosialisasi untuk menanamkan kembali ideologi Pancasila, terutama dalam perilaku dan lingkungan masing-masing," ujarnya.
Menurut Wiranto, upaya pengawalan Pancasila dari satu kelompok masyarakat dan lainnya bisa berbeda dalam cara aplikasi, melatih, dan memberikan pemahaman.
Sehingga dengan 'total football' itu seakan-akan semua lini akhirnya bersatu membuat gol. "Membuat goal artinya apa? Kembali membumikan Pancasila dalam kehidupan masyarakat Indonesia," imbuhnya