Senin 12 Aug 2019 19:04 WIB

Kapolda Kalsel: Bandara Harus Bebas Kabut Asap

Jangan sampai kabut asap yang ditimbulkan bisa hingga mengganggu penerbangan

Pemadaman api akibat kebakaran hutan dan lahan. (ilustrasi)
Foto: Republika/Maspril Aries
Pemadaman api akibat kebakaran hutan dan lahan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Kapolda Kalimantan Selatan Irjen Pol Yazid Fanani memberikan perhatian khusus untuk wilayah sekitar bandara yang harus bebas dari kabut asap. Dia pun memerintahkan anggotanya serta satgas gabungan penanggulangan karhutla bisa fokus memantau titik api yang muncul di wilayah tersebut.

"Jangan sampai kabut asap yang ditimbulkan hingga mengganggu penerbangan. Ini yang kita cegah bersama. Apalagi atensi dari bapak Presiden Joko Widodo tidak boleh penerbangan terganggu," kata Kapolda di Banjarmasin, Senin (12/8).

Baca Juga

Diketahui wilayah Kota Banjarbaru yang terdapat Bandara Syamsudin Noor memang salah satu daerah rawan terbakar di musim kemarau. Cukup banyaknya hamparan lahan rawan gambut kerap memunculkan titik api.

Selain itu, titik api di daerah sekitar, seperti Kabupaten Banjar, Barito Kuala, dan Kabupaten Tanah Laut juga berpotensi mengganggu penerbangan jika kabut asap yang muncul dari karhutla mengepul ke udara hingga mengganggu jarak pandang pilot. "Pokoknya setiap muncul titik api langsung bergerak dipadamkan. Tingkatkan patroli gabungan menyisir lahan-lahan kosong yang rawan terbakar. Jangan sampai api membesar hingga sulit diatasi. Namun konsentrasi kita tentu tidak hanya kawasan sekitar bandara, daerah lain juga jangan sampai lalai," papar Kapolda menekankan.

Lahan gambut diakui Kapolda cukup sulit dipadamkan mengingat kedalamannya ada yang hingga tiga meter. Untuk itu, bagi petugas yang melakukan pemadaman diingatkan agar benar-benar memastikan bahwa api telah padam hingga ke dasar tanah.

"Jadi pembasahan penting dilakukan. Meski api sudah terlihat padam di permukaan, tapi bisa saja sewaktu-waktu menyala kembali karena di bawahnya ternyata belum padam sepenuhnya," ujar jenderal polisi berbintang dua itu.

Yazid juga menginstruksikan satgas gabungan bisa bersinergi di lapangan. Misalnya terhadap suatu titik api yang muncul dari laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), segera diteruskan ke posko untuk kemudian ditanggulangi.

"Kalau memang lokasinya bisa dijangkau dengan kendaraan, maka satgas darat yang melakukan pemadaman, sedangkan jika aksesnya sulit, seperti jauh dalam hutan atau hamparan lahan kosong yang luas, maka satgas udara dengan helikopter milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan water bombing," ucapnya.

Kapolda berharap, Operasi Kontijensi Karhutla Intan 2019 bersama satgas gabungan provinsi dan pusat bisa solid dengan terus menjalin koordinasi dan komunikasi, sehingga penanggulangan karhutla dapat berjalan maksimal.

Di sisi lain, Karo Ops Polda Kalsel Kombes Pol Isdiyono pada Senin siang memimpin rapat koordinasi satgas gabungan penanggulangan karhutla di Monitoring Center Mapolda Kalsel. Dalam arahannya, Isdiyono mengingatkan setiap institusi jangan sampai berjalan sendiri-sendiri.

"Mari kita semua bersatu padu dalam satu tim menanggulangi karhutla agar jangan sampai jadi musibah besar seperti tahun 2015 lalu. Operasi Kontijensi yang melibatkan lebih dari 1.000 personel gabungan ini terdiri dari TNI-Polri, BPBD, BNPB, Manggala Agni, Dinas Kesehatan, Dinas Damkar hingga relawan peduli api," ujarnya.

Sementara Kapolres Banjarbaru AKBP Kelana Jaya pada rakor itu mengutarakan, upaya pencegahan dengan menggunakan pengeras suara lebih dikedepankan. Melalui alat speaker megafon, masyarakat diimbau untuk tidak membakar hutan dan lahan.

"Di wilayah Banjarbaru ada 10 sumur bor di lahan rawa gambut. Namun yang masih aktif tinggal 4 buah. Seluruh mobil patroli bak terbuka milik Polres dan Polsek jajaran juga sudah kami modifikasi dengan tandon air dan mesin pompa untuk dipergunakan dalam upaya melakukan pemadaman. Mengingat sumber air yang kerap sulit didapat pada lokasi lahan yang terbakar," ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement