Kamis 15 Aug 2019 09:00 WIB

Tito Karnavian Mulai Hobi Menyelam Sejak Dinas di Makassar

Tito Karnavian dan istrinya sama-sama hobi menyelam.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Reiny Dwinanda
Kapolri Jendral Pol. Tito Karnavian (tengah) bersama istri Ny. Tri Tito Karnavian (mengibarkan bendera) saat naik ke permukaan usai penyelaman massal di kawasan pantai Megamas, Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (3/8/2019).
Foto: Antara/Fisella Ruaw
Kapolri Jendral Pol. Tito Karnavian (tengah) bersama istri Ny. Tri Tito Karnavian (mengibarkan bendera) saat naik ke permukaan usai penyelaman massal di kawasan pantai Megamas, Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (3/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Tito Karnavian turut berpartisipasi dalam pemecahan rekor dunia selam yang diprakarsai oleh Wanita Selam Indonesia (WASI) di Pantai Megamas, Manado, Sulawesi Utara pada awal Agustus. Dia berperan sebagai dewan pembina pemecahan rekor dalam ajang kumpul penyelam internasional itu.

Tito menuturkan sebelum istrinya terjun ke dunia selam, dia sudah lebih dahulu menyelam.

Baca Juga

“Yang hobi diving itu saya,” tutur Tito dalam pidatonya di acara pemecahan rekor dunia selam, di Pantai Megamas, Manado, Sulawesi Utara, akhir pekan lalu.

Hobi selamnya itu, menurut Tito, dimulai sejak berdinas di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Hobinya itu semakin intensif saat dia bertugas di Poso, Sulawesi Tengah.

Di sana, Tito mendapati laut yang sangat indah untuk diselami. Akan tetapi, ia melihat masih jarang yang menjamah Poso lantaran wilayah itu merupakan wilayah konflik.

“Sehingga kami yang menikmatinya,” jelas Tito.

Selanjutnya, ketika pindah tugas di Papua, Tito mengajak istirnya, Tri Tito Karnavian, untuk ikut dalam kegiatan menyelam. Tri sama sekali tak mau nyemplung ke laut karena tak bisa berenang.

"Saya diving, istri snorkeling saja, karena belum bisa renang,” ungkap Tito.

Setelahnya, Tito membujuk Tri untuk ikut kegiatan meyelam. Sebab, dalam menyelam, seseorang tak perlu bisa berenang terlebih dahulu. Hal itu lantaran, salah satu alat selam, yaitu BCD (buoyancy compensator device) berguna sebagai pelampung.

Tri pun mulai menjajal diving dan ketagihan melihat keindahan bawah laut di Raja Ampat.

Sejak itu, Tito dan sang istri pun menjadikan kegiatan selam sebagai aktivitas mengendurkan saraf dan rileks sejenak dari kegiatan. Keduanya telah menjelajahi sejumlah titik selam yang indah untuk dieksplorasi, seperti Labuan Bajo, Bali, Wakatobi, Bunaken, Maratua, Bangka Belitung, hingga Selat Sunda.

“Dari situ kami menyadari betapa kayanya Indonesia karena alam bawah lautnya. Banyak yang tidak sadar. Saya coba ke Hawaii, karangnya tidak sebagus Indonesia. Saya juga pernah ke Great Barrier Reef, tetapi keragamannya jauh lebih berragam di Indonesia,” ungkap Tito.

Menurutnya, Indonesia memiliki karang yang terbaik yang ada di dunia. Keberagamannya pun jauh lebih banyak, sebab Indonesia terletak di daerah yang tropis.

Dan, ketika jenis karang di Indonesia sangat berragam, maka jenis ikan pun akan lebih berragam. Sebab, karang sendiri merupakan tempat ikan untuk menelurkan benih, dan tempat menghindari predator. Pasti banyak ikan.

“Dari situ kami menyukai alam bawah laut, terutama flora dan faunanya. Indonesia adalah surga untuk bawah laut,” tutur Tito.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement