Selasa 20 Aug 2019 10:59 WIB

AS Uji Coba Rudal Jelajah Darat

Menurut Pentagon, rudal berhasil menempuh jarak lebih dari 500 kilometer.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev (kiri) berjabat tangan dengan Presiden AS Ronald Reagan usai menandatangani perjanjian nuklir Intermediate Range Nuclear Forces (INF) di East Room Gedung Putih, Washington, 8 Desember 1987. Kedua negara keluar dari perjanjian tersebut pada 2 Agustus 2019.
Foto: AP Photo/Bob Daugherty
Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev (kiri) berjabat tangan dengan Presiden AS Ronald Reagan usai menandatangani perjanjian nuklir Intermediate Range Nuclear Forces (INF) di East Room Gedung Putih, Washington, 8 Desember 1987. Kedua negara keluar dari perjanjian tersebut pada 2 Agustus 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) melakukan uji coba rudal jelajah darat konvensional, Senin (19/8). Itu merupakan tes rudal perdana sejak Washington keluar dari perjanjian Intermediate-range Nuclear Forces (INF) yang dijalin dengan Rusia.

Uji coba rudal tersebut dilakukan di Pulai San Nicolas, Kalifornia. Menurut Pentagon, rudal berhasil menjangkau dan mengenai target setelah menempuh jarak lebih dari 500 kilometer.

Baca Juga

“Data yang dikumpulkan dan pelajaran yang diperoleh dari tes ini akan memberi informasi kepada Departemen Pertahanan untuk mengembangkan kemampuan rudal jarak menengah di masa mendatang,” kata Pentagon.

Uji coba rudal seperti itu sebelumnya dilarang dalam perjanjian INF. “Pengujian oleh militer AS dari rudal berbasis darat yang dilarang di bawah perjanjian INF dua pekan setelah penghentian resmi perjanjian ini adalah sinisme terang-terangan dan ejekan masyarakat internasional,” ujar anggota parlemen Rusia Frants Klintsevich.

“Kami tentu saja akan melakukan yang terbaik dalam periode waktu terpendek guna memastikan bahwa AS tidak memiliki keunggulan dalam jenis senjata ini,” ujar Klintsevich seraya menambahkan Rusia tidak berniat terlibat dalam perlombaan senjata dengan Washington.

Sebelumnya, Pemerintah Rusia mengatakan masih siap menjalin dialog dengan AS untuk membahas tentang rudal jarak menengah dan pendek. “Kami menjaga pintu (dialog) tetap terbuka. Selama AS tidak menyebarkan sistem (rudal) seperti itu ke Eropa, kami tidak akan melakukan hal yang sama, dan selama tidak ada rudal AS di Asia, tidak akan ada rudal kami di kawasan,” kata Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu pada Ahad (18/8), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Menurut dia, Rusia telah berulang kali menyerukan dialog untuk membahas masalah tersebut. “Antara Februari dan 2 Agustus, kami terus membuka pintu (dialog),” ujar Shoigu. Namun Washington memang belum menanggapi seruan tersebut.

Awal bulan ini, Rusia telah menyerukan AS bergabung dengan insiatif untuk mendeklarasikan moratorium penempatan rudal jarak pendek dan menengah. Moskow menilai, tindakan tersebut diperlukan untuk menjamin keamanan global.

AS memang berencana menempatkan rudal jarak menengah di Asia. Hal itu telah diumumkan Menteri Pertahanan AS Mark Esper. Dia menginginkan penempatan rudal itu dapat direalisasikan dalam waktu beberapa bulan. “Tapi hal-hal ini cenderung memakan waktu yang lebih lama dari yang Anda perkirakan,” ujarnya.

Rusia dan AS diketahui telah sama-sama keluar dari perjanjian INF yang ditandatangani pada 1987. Perjanjian itu melarang kedua negara untuk memproduksi serta memiliki rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement