REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, tingkat mikroplastik dalam air minum tidak memiliki risiko pada manusia. Namun, penelitian itu perlu lebih banyak didalami mengenai dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan.
Dalam sebuah laporan yang diterbitkan, Rabu (21/8), badan kesehatan PBB mengatakan plastik sangat kecil itu ada di mana-mana dan telah ditemukan dalam air minum, termasuk keran dan botol. Ini kemungkinan besar merupakan hasil dari sistem pengolahan dan distribusi.
"Tapi hanya karena kita menelannya bukan berarti kita berisiko terhadap kesehatan manusia. Kesimpulan utama adalah, saya pikir, jika Anda seorang konsumen minum air botolan atau air ledeng, Anda tidak perlu khawatir," kata koordinator air, sanitasi dan kebersihan WHO, Bruce Gordon.
Mikroplastik terjadi saat bahan-bahan buatan manusia terurai menjadi partikel-partikel yang lebih kecil dari sekitar lima milimeter (kira-kira seperlima inci).
Gordon mengakui, data yang tersedia cukup lemah sehingga lebih banyak penelitian diperlukan. Ia juga mendesak upaya yang lebih luas untuk mengurangi polusi plastik.
Laporan ini merupakan tinjauan pertama WHO untuk menyelidiki potensi risiko kesehatan mikroplastik manusia. Disebutkan orang telah secara tidak sengaja mengonsumsi mikroplastik, dan partikel lain di lingkungan selama beberapa dekade tanpa ada tanda-tanda bahaya.
Seorang dosen senior dalam bidang kimia di Universitas East Anglia Inggris, Andrew Mayes yang tidak berpartisipasi dalam laporan WHO, setuju mikroplastik dalam air tampaknya tidak menjadi masalah kesehatan untuk saat ini. "Tapi saya tidak ingin orang pergi dengan gagasan plastik tidak lagi penting," katanya. Ia mengatakan langkah-langkah yang lebih kuat untuk mengurangi plastik diperlukan.
"Kita tahu jenis bahan ini menyebabkan tekanan pada organisme kecil. Mereka bisa melakukan banyak kerusakan dengan cara yang tidak terlihat," ucap Mayes.
"Bahkan jika kita menghentikan (menambahkan) plastik ke lingkungan saat ini, mikroplastik akan meningkat ketika potongan-potongan yang lebih besar membelah menjadi potongan-potongan yang lebih kecil," papar Mayes, menambahkan para ilmuwan memiliki sedikit pemahaman tentang konsekuensi jangka panjang.
WHO menyerukan analisis lebih lanjut tentang mikroplastik di lingkungan dan potensi signifikansi kesehatannya. Gordon mengatakan, meskipun WHO akan terus memantau tingkat mikroplastik dalam air, prioritas yang lebih tinggi terbukti risiko dalam air minum seperti bakteri, yang menyebabkan tipus dan kolera.
"Ini adalah hal-hal yang menyebabkan penyakit langsung dan dapat membunuh satu juta orang," kata Gordon.