REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Blue Bird Andriyanto Joko Sutono berminat untuk melakukan ekspansi atas taksi listrik ke Ibu Kota baru nanti. Hanya saja pihaknya masih menunggu kesiapan pembangunan infrastruktur yang mendukung.
Seperti diketahui, pada akhir April 2019 Blue Bird meluncurkan layanan taksi berbahan bakar listrik perdana di Indonesia. Untuk tahap pertama, peluncuran armadanya baru 30 unit taksi listrik dan akan ditambahkan lagi sesuai dengan perkembangannya.
“Kalau memang ibu kota (nanti) bebas emisi (green city), kita masukan kendaraan (listriknya). Jadi kita siap asal infrastrukturnya siap,” ujarnya kepada wartawan, di Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Jakarta, Jumat (23/8).
Pada prinsipnya, pihaknya mendukung program emisi nol yang digagas (pemerintah) untuk ibu kota baru. Sehingga apabila nanti perkembangannya sesuai dengan yang diharapkan, kata dia, daerah manapun Blue Bird siap untuk berekspansi.
Kesiapan infrastruktur mobil dan taksi listrik di Ibu Kota baru antara lain menimbang aspek seperti charger station. Dia mencontohkan, kesiapan tersebut benar-benar harus diperhitungkan mengingat di Jakarta pun keberadaan charger station baru ada empat lokasi. Keempat lokasi tersebut dimiliki oleh BPPT 2 unit, PT Pertamina (Persero) 1 unit, dan PT Angkasa Pura 1 unit.
“Yang memadai memang hanya di kantor kita saja, yang lain jumlahnya masih sedikit,” pungkasnya.
Selain infrastruktur, pihaknya juga berharap pemerintah bisa menghitung dengan cermat efektivitas infrastruktur yang tersedia di luar Jabodetabek guna menekan tarif listrik. Sebab menurut dia apabila tarif taksi listrik lebih mahal dengan yang konvensional, maka hal itu akan percuma.
Terkait dengan rencana realisasi ekspansi yang ingin dilakukan Blue Bird, dia belum dapat menjabarkan berapa jumlah armada yang akan disiapkan ke Ibu Kota baru nantinya. Di sisi lain guna mendukung program emisi nol yang dicanangkan pemerintah terhadap industri nasional, dia mengaku menunggu perkembangan kelanjutannya.
Mengenai jenis kendaraan listrik yang akan dikembangkan Blue Bird, menurut dia hal itu tergantung bagaimana dengan kesiapan industri nasional itu sendiri. Sehingga ke depannya diharapkan akan ada produksi mobil listrik domestik.
“Yang 30 unit di Jakarta saja kan itu dari Cina. Mungkin tahun depan juga (produksinya) masih dari Cina, ya karena dari lokal belum ada,” ujarnya.
Sebagai catatan, Blue Bird memiliki sekitar 36 ribu unit armada yang tersebar di sejumlah daerah. Blue Bird menginvestasikan dana sebesar Rp 40 miliar yang bersumber dari research and development (RnD) yang digunakan untuk pengadaan 40 unit mobil listrik dan infrastruktur penunjangnya seperti charging station.
Dia menyebut, dalam lingkup Blue Bird sendiri terdapat 11 charging station dan dalam waktu dekat akan ditambah lagi 2-3 unit lagi. Menurut dia dalam tahapan awal perkembangan taksi listrik di Jakarta tak ditemukan masalah berarti.
“Palingan di awal itu hanya masalah-masalah teknis saja, masalah berartinya enggak ada ya,” ujarnya.