REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan menambah sensor pendeteksi gempa atau seismograf di 29 titik di Pulau Kalimantan pada 2020. "Rencana tahun ini pemasangan di empat titik dan tahun depan ditambah di 29 titik di seluruh Kalimantan," kata Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Tiar Prasetya di Jakarta, Selasa (27/8).
Jumlah tersebut akan menambah jumlah seismograf yang sudah ada sebelumnya, yaitu di 11 titik, sehingga total seismograf ada di 40 titik di seluruh Kalimantan. Penambahan seismograf tersebut untuk merapatkan jaringan seismograf di seluruh wilayah Indonesia agar meningkatkan kecepatan dan akurasi infromasi gempa bumi yang disampaikan kepada masyarakat.
Khusus untuk Kalimantan Timur yang ditetapkan sebagai ibu kota baru Indonesia, BMKG menambah seismograf di tujuh titik pada 2020 untuk memperkuat tiga seismograf yang sudah terpasang dan satu seismograf yang dipasang pada 2019. BMKG memonitor bahwa secara geologi dan tektonik sesar gempa di Kalimantan Timur masih sangat aktif, yaitu Sesar Maratua dan Sesar Mangkalihat di wilayah Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur.
Secara geologi dan tektonik, di wilayah Provinsi Kalimatan Timur (Kaltim) terdapat tiga struktur sesar sumber gempa, yaitu Sesar Maratua, Sesar Mangkalihat, dan Sesar Paternoster. Namun, menurut BMKG, Pulau Kalimantan adalah satu-satunya pulau di Indonesia dengan tingkat aktivitas kegempaan relatif paling rendah.
Selain itu, wilayah Pulau Kalimantan lokasinya cukup jauh dari zona tumbukan lempeng (megathrust). Suplai energi yang membangun medan tegangan terhadap zona seismogenik di Kalimantan tidak sekuat dengan akumulasi medan tegangan zona seismogenik yang lebih dekat zona tumbukan lempeng.