REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketimpangan digitalisasi masyarakat pedesaan dengan perkotaan menjadi salah satu problem Jawa Barat dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Untuk menyeselesaikan masalah tersebut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar menggagas Desa Digital.
Menurut Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPM-Desa) Provinisi Jabar Dedi Supandi, desa digital merupakan program pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan teknologi digital dan internet dalam pengembangan potensi desa, pemasaran dan percepatan akses serta pelayanan informasi.
"Di sektor perikanan, sudah ada 1.039 kolam yang menggunakan teknologi smart auto feeder atau pakan digital," ujar Dedi kepada wartawan, Rabu (28/8).
Dedi mengatakan, lewat teknologi tersebut, semua nelayan bisa memberi pakan ikan menggunakan gawai. Dampaknya, membuat panen bisa naik dari dua menjadi empat kali dalam setahun. Persentase pendapatan pun melonjak sekira 30 sampai 100 persen.
"Dengan koneksi internet yang lancar, pemasaran ikan pun dapat dilakukan secara online," katanya.
Selain itu, kata dia, di Ciwidey Kabupaten Bandung, pemasaran hasil pertanian sudah melalui e-commerce. Hal ini, tentu saja menguntungkan petani dan konsumen, karena alur distribusi yang kerap melambungkan harga, dapat dipangkas.
Nantinya, kata dia, seluruh pelayanan publik di desa pun akan didigitalisasi sehingga koneksi internet akan dibenahi, dan command center dibangun. Dengan demikian masyarakat desa dapat memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan sekaligus mengenalkan produk unggulan di wilayahnya.