Rabu 28 Aug 2019 17:19 WIB

BNPT Sebut Ancaman Virus Terorisme Sudah Sampai ke PAUD

Penyebaran paham terorisme dinilai sudah berjalan di level mahasiswa.

Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol Ir Hamli.
Foto: dokpri
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol Ir Hamli.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol Ir Hamli, M.E mengatakan, ancaman penyebaran paham terorisme sudah mulai masuk ke lembaga pendidikan. Ancaman itu mulai dari jenjang sekolah menengah atas (SMA) hingga pendidikan anak usia dini (PAUD).

“Lembaga pendidikan ini menjadi target dimasukkan paham-paham ini (terorisme). Dimulai dari dasar sampai perguruan tinggi, terutama yang perguruan tinggi itu,” katanya, dalam dialog pencegahan terorisme di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, Rabu (28/8).

Baca Juga

Ia menjelaskan, pada tingkat perguruan tinggi penyebaran paham terorisme tersebut dinilai sudah berjalan. Hal tersebut dibuktikan dengan banyak para pelaku yang berlatar belakang lulusan atau mahasiswa dari perguruan tinggi.

Namun kini, katanya, ancaman penyebaran paham tersebut telah menyisir pada tingkat SMA bahkan PAUD.

“Jadi kalau ada sekolah yang tidak mau lagi pasang bendera merah putih atau tidak mau menyanyikan lagu Indonesia Raya itu jangan dibiarkan. Jadi mohon bantuannya kepada teman-teman dosen, TNI, Polri, semua untuk mengawasi agar virus seperti itu (terorisme) tidak menyebar ke anak-anak kita,” katanya.

Akibatnya, kata Hamli seperti yang terjadi di salah satu universitas di Jawa Timur. Ketika itu pihaknya melakukan wawancara tak langsung kepada sebanyak 6.000 mahasiswa baru. Hasilnya menunjukkan 27 persen mahasiswa tersebut tidak mau lagi menggunakan Pancasila sebagai dasar.

“Ini yang kita khawatirkan, 27 persen, gimana nanti rektor membenahi anak-anak ini. Ini yang berat buat kita. Jadi, saya harap kepada TNI, Polri kalau ada sekolah yang minta untuk memberikan materi tentang bela negara segera berikan,” katanya.

Kemudian, ia menyebutkan terorisme merupakan gerakan yang paling keras atau ekstrem. Paham terorisme itu tidak serta-merta langsung timbul begitu saja, tetapi bermula dari sikap intoleransi, radikalisme, sehingga tumbuh dalam aksi terorisme.

“Kebinekaan, keberagaman, perbedaan etnis mau pun agama ini sudah menjadi keniscayaan di dunia ini. Berbeda itu biarlah tapi kita saling menghormati,”katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement