Kamis 29 Aug 2019 09:00 WIB

Aktivitas Intelektual di Era Al-Mas'udi

Al-Mas'udi hidup di saat buku melimpah ruah dan harganya relatif murah.

Rep: Mozaik Republika/ Red: Agung Sasongko
Ilmuwan Muslim berhasil memberikan penemuan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan penerus saat ini.
Foto: Photobucket.com/ca
Ilmuwan Muslim berhasil memberikan penemuan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan penerus saat ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Al-Mas'udi hidup di saat buku melimpah ruah dan harganya relatif murah," tutur Paul Lunde dan Caroline Stone dalam buku <Mas'udi, The Meadows of Gold, The Abbasids. Sang sejarawan memang hidup di era keemasan Dinasti Abbasiyah. Kala itu, aktivitas intelektual tengah menggeliat di kota-kota Islam.

Lunde dan Stone menuturkan, di era kehidupan Al-Mas'udi di Baghdad dan kota-kota besar lainnya, bermunculan perpustakaan umum. Selain itu, ulama, ilmuwan, dan penguasa juga memiliki perpustakaan pribadi. "Sebagai contoh, temannya Al-Mas'udi bernama Al-Suli memiliki perpustakaan pribadi dengan koleksi buku mencapai ribuan volume," imbuh Lunde dan Stone.

Baca Juga

Melimpahnya buku dengan harga yang murah meriah di era kejayaan Abbasiyah, tak lepas dari penguasaan teknologi pengolahan kertas. Dalam pertempuran Talas tahun 751 M, umat Islam berhasil melakukan transfer teknologi pengolahan kertas dari peradaban Cina. Di puncak kejayaan Kekhalifahan Abbasiyah, industri kertas dan buku berkembang pesat seiring dengan geliat intelektualitas.

Sebagai seorang penulis yang produktif, Al-Mas'udi pun kerap mendorong para pembacanya untuk mendiskusikan buku-buku yang telah ditulisnya. Hal itu menunjukkan betapa dunia Islam di era kejayaan mengalami geliat keilmuan yang sangat pesat. Menurut Lunde dan Stone, dunia Islam pada masa itu sungguh sangat terpelajar.

Menurut Ahmad Shboul, sebelum menjadi seorang ilmuwan yang terkemuka, Al-Mas'udi adalah seorang murid dari sejumlah tokoh intelektual Irak kenamaan. Ia sempat berguru pada filologis, seperti Al-Zajjaj, Ibnu Duraid, Niftawaih, dan Ibnu Anbari. Selain itu, dia juga sempat menimba ilmu pada Kashajim yang ditemuinya di Aleppo.

Selama masih menjadi seorang murid, Al-Mas'udi sangat menyukai filsafat. Buku-buku filsafat karya filosof terkemuka, seperti Al-Razi, Al-Kindi, Aristoteles, Al-Farbi, dan Plato dilahapnya setiap hari. Ia pun mencatat dalam bukunya tentang pertemuannya dengan Yahya Ibnu Adi, seorang murid sang legenda: Al-Farabi.

Karya-karya ilmuwan Yunani juga dipelajarinya. Al-Mas'udi sangat akrab dengan karya-karya kedokteran yang ditulis Galen. Ia juga suka sekali membaca karya Ptolemous tentang astronomi serta buah pikir Marinus tentang geografi. Al-Mas'udi pun tak lupa mempelajari hasil karya para astronom dan geografer Muslim terkemuka.

Sang sejarawan juga sempat mempelajari ilmu hukum. Salah satu kebiasaannya adalah kerap menemui para ahli hukum berpengaruh dan tak lupa mempelajari hasil karyanya. Al-Subkhi menyatakan, Al-Mas'udi merupakan salah seorang murid Ibnu Suraij--ulama terkemuka dari Sekolah Shafi'ie. Setiap mengunjungi sebuah negara, ia selalu menemui para ulama dan ilmuwan terkemuka di wilayah itu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement