REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Al-Mas'udi hidup di saat buku melimpah ruah dan harganya relatif murah," tutur Paul Lunde dan Caroline Stone dalam buku <Mas'udi, The Meadows of Gold, The Abbasids. Sang sejarawan memang hidup di era keemasan Dinasti Abbasiyah. Kala itu, aktivitas intelektual tengah menggeliat di kota-kota Islam.
Lunde dan Stone menuturkan, di era kehidupan Al-Mas'udi di Baghdad dan kota-kota besar lainnya, bermunculan perpustakaan umum. Selain itu, ulama, ilmuwan, dan penguasa juga memiliki perpustakaan pribadi. "Sebagai contoh, temannya Al-Mas'udi bernama Al-Suli memiliki perpustakaan pribadi dengan koleksi buku mencapai ribuan volume," imbuh Lunde dan Stone.
Melimpahnya buku dengan harga yang murah meriah di era kejayaan Abbasiyah, tak lepas dari penguasaan teknologi pengolahan kertas. Dalam pertempuran Talas tahun 751 M, umat Islam berhasil melakukan transfer teknologi pengolahan kertas dari peradaban Cina. Di puncak kejayaan Kekhalifahan Abbasiyah, industri kertas dan buku berkembang pesat seiring dengan geliat intelektualitas.
Sebagai seorang penulis yang produktif, Al-Mas'udi pun kerap mendorong para pembacanya untuk mendiskusikan buku-buku yang telah ditulisnya. Hal itu menunjukkan betapa dunia Islam di era kejayaan mengalami geliat keilmuan yang sangat pesat. Menurut Lunde dan Stone, dunia Islam pada masa itu sungguh sangat terpelajar.