Jumat 30 Aug 2019 16:23 WIB

Muharram,Tobatnya Nabi Adam Hingga Musa Selamat dari Fir'aun

Banyak peristiwa bersejarah terjadi pada Muharram.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Pawai sambut 1 Muharram 1434 H (ilustrasi).
Foto: Antara/Ampelsa
Pawai sambut 1 Muharram 1434 H (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Muharram merupakan bulan yang istimewa dan dimuliakan Allah SWT. Sejumlah riwayat menyebutkan banyak peristiwa yang bersejarah yang terjadi ketika Muharram. 

Muharram adalah bulan pertama dalam kalender tahunan Hijriyah. Penentuan 1 Muharram sebagai tahun baru Islam awalnya ditandai dengan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah pada 622 Masehi. 

Baca Juga

Sebelum zaman Nabi Muhammad SAW, masyarakat Arab tidak menggunakan sistem kalender tahunan untuk memperingati suatu peristiwa. 

Namun, mereka hanya menggunakan sistem hari dan bulan serta sesuatu yang berkaitan dengan peristiwa sejarah. Misalnya, kelahiran Nabi Muhammad SAW yang kemudian dinamakan tahun Gajah. 

Mantan rektor Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta, KH Dr Ahsin Sakho Muhammad, mengatakan penanggalan Hijriyah  dimulai pada masa khalifah Umar bin Khattab. Saat itu, para sahabat mengatakan bahwa untuk mengirim sebuah surat harus mencantumkan tanggal. Mereka akhirnya berdiskusi untuk menentukan sistem kalender Islam. 

Dari berbagai usulan, saran dari Ali bin Abi Thalib yang mengusulkan kalender Hijriyah Islam dimulai dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW yang terpilih. Saat itu kemudian ditetapkan, awal bulan Hijriyah adalah Muharram. 

"Bulan Ramadhan dan empat bulan haram termasuk Muharram adalah bulan paling terhormat di sisi Allah. Di bulan ini, Allah menetapkan agar dilarang mengadakan peperangan," kata Kiai Ahsin, saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (29/8).

Dalam sejarahnya, bulan Muharram juga dihormati oleh bangsa Arab dari sebelum Nabi Muhammad SAW lahir. Di masa pra-Islam, menurut Kiai Ahsin, masyarakat Arab Jahiliyyah kerap berpuasa pada Muharram, yakni pada hari Asyura' atau tanggal 10 Muharram. 

Berpuasa pada hari Asyura' juga menjadi kebiasaan kaum Yahudi. Seperti diriwayatkan dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas RA, ketika Nabi SAW hijrah ke Madinah, mereka mendapati kaum Yahudi berpuasa pada hari Asyura'. Kaum Yahudi mengatakan, bahwa mereka berpuasa pada Asyura’ sebagai tanda syukur karena Allah telah memenangkan Nabi Musa dan Bani Israel terhadap Firaun dan kaumnya. 

Tidak hanya itu, Kiai Ahsin mengatakan pada hari Asyura' ada beberapa peristiwa penting yang menunjukkan bahwa Muharram sebagai bulan keberkahan dan rahmat. Di antaranya yang masyhur, hari Asyura adalah hari di mana bertaubatnya Nabi Adam, dan berlabuhnya bahtera Nabi Nuh beserta keluarganya yang konon katanya di bukit Ararat yang kini berada di Turki.  

Selanjutnya, hari Asyura' juga disebutkan sebagai hari di mana Nabi Musa selamat dari kejaran Fira'un. Selain itu, pada hari Asyura' terjadi peristiwa terbunuhnya Husain bin Ali, cucu dari Nabi Muhammad SAW, pada pertempuran Karbala pada 61 Hijriyah (680 M).    

Adapula riwayat lain yang menyebutkan bahwa diampunkan dosa Nabi Daud dan kembalinya kerajaan Nabi Sulaiman terjadi pada hari Asyura'. Pada hari Asyura', Nabi Ibrahim disebut diselamatkan dari api yang dinyalakan Namrud untuk membakar dirinya serta Allah mengangkat Nabi Isa ke langit. Allah menukar Nabi Isa dengan Yahuza agar terhindar dari kekejaman kaum Bani Israil yang hendak menyalibnya. (Kiki Sakinah)

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement