Selasa 03 Sep 2019 19:31 WIB

'Keberadaan Media Cetak tak akan Hilang'

Informasi-informasi lama cenderung tidak ditemukan di internet.

Rep: my28/ Red: Fernan Rahadi
Suasana di Kampung Buku Jogja (KBJ) 2019 di Gedung PKKH UGM, Yogyakarta, Selasa (3/9).
Foto: my28
Suasana di Kampung Buku Jogja (KBJ) 2019 di Gedung PKKH UGM, Yogyakarta, Selasa (3/9).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Perkembangan media daring (online) dewasa ini meningkat pesat. Sayangnya, perkembangan jenis media tersebut juga dibarengi dengan penyebaran hoaks yang kian masif. Hal itu menimbulkan kegelisahan di tengah masyarakat.

Sejarawan, FX Domini BB Hera, menyampaikan berita daring yang bersifat cepat belum tentu berbanding lurus dengan pemahaman akan informasi yang cepat tersebut.

Selain itu, informasi-informasi lama cenderung tidak ditemukan di internet. Hal itu disebabkan oleh software yang berubah sehingga sebuah pemberitaan tidak dapat terlacak.

“Bukannya kita sering mencari informasi lama lalu kita menemukan not found (tidak ditemukan-red)? Sehingga, akan berpengaruh terhadap media berita yang digunakan (pembaca beralih ke media cetak),” tutur Domini dalam kegiatan talkshow 'Sejarah Pers Indonesia 1945-1998' di Gedung PKKH UGM, Yogyakarta, Selasa (3/9)

Menurut jurnalis senior, Octo Lampito, peralihan media cetak menjadi online tidak akan menghilangkan keberadaan media cetak. Menurutnya seseorang tidak memiliki kapasitas untuk menatap layar monitor handphone, laptop, atau sejenisnya dalam durasi waktu yang lama.

Octo juga berpendapat, keberadaan media cetak tidak akan hilang selama buku cetak masih beredar di tengah masyarakat. Oleh karena itu ia sepakat jika acara literasi Kampung Buku Jogja (KBJ), dimana salah satu kegiatannya adalah talkshow tersebut diadakan secara berkelanjutan.

Acara literasi KBJ bertujuan untuk mengajak masyarakat agar mau membaca buku dan menambah pengetahuan melalui buku. "Terlebih KBJ memfasilitasi buku-buku yang selama ini sulit ditemui di toko buku,” ujar salah satu penyelenggara kegiatan, Ade Ma’ruf, kepada Republika.

KBJ tahun 2019 merupakan acara yang kali kelima diadakan sejak pertama kali dimulai pada tahun 2015. KBJ tersebut diselenggarakan pada 2-5 September 2019 di Gedung PKKH Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan tema “Menelisik Bilik-Bilik Indonesia”.

Dengan tema tersebut, KBJ bermaksud mengenalkan keragaman nusantara yang terdokumentasikan dalam teks dan buku. Pada tahun ini penyelenggaraan tersebut bekerja sama dengan komunitas buku langka untuk mengadakan pameran buku klasik dan gelar pertunjukan musik dan sastra pada malam harinya. 

Peserta KBJ 2019 di antaranya penerbit, distributor, toko buku, dan komunitas literasi. Terdapat sebanyak 25 penerbit reguler, 38 penerbit indie, 15 toko buku langka, dan 10 komunitas literasi.   

Salah satu penyelenggara KBJ 2019, Arif Abdulrakhim, menyatakan bahwa tema tersebut mengandung makna bahwa pada dasarnya buku memiliki banyak  pengetahuan dan informasi tentang keanekaragaman masyarakat Indonesia. 

KBJ 2019 merupakan kegiatan literasi dengan berbagai bentuk kegiatan meliputi workshop penuisan, talkshow, orasi literasi, lelang buku, dan bursa naskah. Kegiatan tersebut disajikan kepada masyarakat umum untuk mengetahui perkembangan buku-buku bermutu.

"Pada tahun ini para pengunjung sangat antusias mengikuti kegiatan KBJ khususnya di kalangan mahasiswa baru,” kata Ade.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement