REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menuai kesangsian. Demikian sebuah kondisi yang harus dihadapi Abu Said Ahmad bin Muhammad bin Abd al-Jalil al-Sijzi, sering dipanggil Al-Sijzi, saat melontarkan penemuan dan keyakinannya mengenai teori heliosentris.
Melalui teorinya ini, Al-Sijzi yakin bahwa bumilah yang mengelilingi matahari dan matahari menjadi pusat perputaran bagi bumi dan planet lainnya. Ia harus melawan arus utama yang pada saat itu masih meyakini bahwa bumi merupakan pusat segalanya.
Al-Sijzi yang lahir di Sijistan, Persia, pada 945 Masehi ini selama hidupnya dikenal memiliki kedekatan dengan ilmuwan ternama lainnya, Al- Biruni, yang memiliki keahlian di bidang astro nomi dan matematika seperti dirinya.
Salah satu hal yang bisa menunjukkan hubung an itu adalah adanya bukti tertulis yang menghubungkan keduanya. Ada surat yang dikirim Al-Biruni kepada Al-Sijzi. Surat tersebut berisi diskusi di antara keduanya mengenai astronomi dan matematika yang memang dikuasainya.
Di sisi lain, Al-Sijzi juga memiliki karib penguasa.Tak heran jika kemudian, karya dan penemuannya di bidang astronomi dan matematika didedikasikan untuk pangeran dari Balk, yang merupakan penguasa wilayah itu.
Pangeran tersebut memiliki pusat kekuasaan di Khurasan. Buah pemikiran Al-Sijzi, juga diperuntukkan bagi Adud ad-Dawlah, seorang penguasa wilayah selatan Iran dan sebagian besar Irak yang hidup antara 949 hingga 983 Masehi.
Ia diyakini sebagai pelindung Al-Sijzi. Sebab, Adud ad-Dawlah dikenal sebagai seorang pemimpin yang terkenal mencintai seni dan ilmu pengetahuan. Al-Sijzi mendapatkan kemudahan dan keleluasaan dalam melakukan serangkaian penelitian pada bidang yang ditekuninya, astronomi dan matematika.
Al-Sijzi bekerja di Shiraz, melakukan penelitian di bidang astronomi selama 969 hingga 970 Masehi. Penelitiannya itu kemudian membuahkan hasil, ia mengenalkan teori heliosentris, matahari adalah pusat peredaran.
Cendekiawan Muslim, Azyumardi Azra dalam bukunya Histografi Islam Kontemporer mengungkapkan, banyak karya tulis soal teori heliosentris yang dilekatkan pada Al-Sijzi. Sayang, tak satu pun karyanya yang bisa ditemukan.
Namun, gagasan Al-Sijzi tentang heliosentris dapat dilacak melalui kutipan pendapat-pendapatnya oleh Al-Biruni dan Abu Al-Hasan Al-Marakushi. Salah satunya, tercantum dalam karya Al-Biruni yang berjudul Isti’ab Al-Wujuh Al-Mumkina fi San’at Al-Usturlab.