Warta Ekonomi.co.id, Jakarta -- Geliat transportasi online rupanya juga terjadi di kota-kota lapis kedua (second tier city) di luar Pulau Jawa. Menariknya, penyedia aplikasi transportasi online itu dikembangkan oleh pengembang lokal. Salah satu aplikasi itu adalah BungOjek, berasal dari Kabupaten Bungo, Jambi.
Ryo Gullid Tumanggor, Pendiri dan CEO BungOjek, mengungkapkan, ide mengembangkan aplikasi tersebut muncul sejak 2018, dan beroperasi mulai Februari 2019 di Kabupaten Bungo, dan hadir di setiap kota di Jambi sejak Agustus lalu. Kota-kota itu seperti kota Jambi sendiri, Tebo, Merangin, dan lainnya.
"Tebo dan Merangin masih proses rekrutmen (mitra driver)," jelas Ryo kepada Warta Ekonomi, Senin (9/9/2019).
Baca Juga: 4 Perusahaan Taksi Online Terbesar di Dunia, Gojek Urutan Berapa?
Menurut Ryo, idenya untuk mengembangkan transportasi berbasis online itu untuk memenuhi keinginan masyarakat di daerah-daerah tersebut. Keinginan itu muncul setelah transportasi online semakin populer dan hadir di kota Jambi sejak 2017 silam. Namun, hingga tahun ini transportasi online tak kunjung hadir di kota-kota kecil di Jambi.
"Kami sudah buka se-Jambi, baru mulai, dan perkembangannya cukup bagus, diterima masyarakat," ungkap Ryo.
Tidak hanya ojek online, beberapa layanan lain juga tersedia seperti sewa mobil, kurir, pesan dan antar makanan, dan donasi. Satu lagi yang menarik dari aplikasi ini adalah menu toko online, yang memungkinkan pengguna berbelanja barang layaknya marketplace di aplikasi transportasi online ini.
Menurut Syo, untuk memenehi berbagai layanan tersebut, ada yang disediakan sendiri oleh BungOjek, dan ada juga yang bekerja sama dengan sejumlah mitra. Layanan toko online saat ini masih dilayani oleh BungOjek, tapi tidak menutup kemungkinan orang lain bisa berjualan di aplikasi tersebut.
"Saat ini mitra ojek sudah ratusan, mitra makanan juga ratusan," sebut Ryo.
Diakui BungOjek yang dikembangkan bersama tim, saat ini belum sehebat aplikasi transportasi online yang sudah level internasional, seperti Go-Jek dan Grab. Tapi menurutnya, BungOjek mampu bersaing dengan tarif yang lebih murah dan potongan tarif untuk mitra yang sangat tipis, 10%.
Kelebihan lainnya, layanan ojek ini juga melayani ojek khusus perempuan dan layanan antar-jemput anak sekolah.
Selain itu, BungOjek juga beroperasi di wilayah kota-kota kecil, yang tidak memiliki pesaing. Menurut Ryo, Go-Jek maupun Grab tidak akan dihadir di kota-kota kecil itu (setidaknya dalam jangka pendek).
Sebab untuk hadir di kota-kota kecil itu, Go-Jek dan Grab membutuhkan dana yang tidak sedikit. Sementara kota-kota tersebut dipandang belum siap karena pertumbuhan dalam penggunaan aplikasi sangat lambat.
Baca Juga: Go-Jek Resmi Luncurkan GoGames, Yuk Lihat Fitur Unggulannya!
"Mereka enggak akan buka karena daripada banyak pengeluaran, tapi enggak ada pemasukan mending enggak usah buka," ujar Ryo.
Naumn, BungOjek sebagai aplikasi lokal, menurut Ryo, akan bertahan karena operasionalnya yang kecil. Walaupun penggunanya masih terbilang sedikit, tapi dia yakin dapat bertahan dan terus tumbuh.
Ryo yakin bisnisnya akan bisa tumbuh. Selain kota-kota lapis kedua di Jambi, BungOjek juga berencana membuka di kota-kota kecil lainnya di Indonesia.
"Seperti Go-Jek kan tidak ujug-ujug jadi unicorn, lima tahun baru dia sukses jadi unicorn," sebut Ryo.